Kebenaran dalam Islam
Saudaraku yang semoga dimuliakan Allah… Islam adalah agama yang sempurna. Semua telah dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala maupun sabda Rasulillah Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam. Manakala kita menelaah Al-Qur’an dan Al-Hadits, niscaya kita akan mendapatkan pelita ilmu untuk mengetahui kebenaran. Tidak sedikitpun kebaikan atau keburukan yang terluput dari risalah Islam. Demikian halnya, perjalanan dan perkembangan umat manusia di akhir zaman pun telah disebutkan dalam ayat maupun hadits. Allah Ta`ala telah mewahyukannya kepada Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallam.
Beliau adalah “Al-Basyir” (pembawa kabar gembira) dan “An-Nadzir” (pemberi peringatan). Bila itu kebaikan, maka disampaikan agar manusia bersemangat melakukannya. Dan bila itu keburukan, maka diwaspadakan agar manusia mawas diri darinya.
Beliau adalah “Al-Basyir” (pembawa kabar gembira) dan “An-Nadzir” (pemberi peringatan). Bila itu kebaikan, maka disampaikan agar manusia bersemangat melakukannya. Dan bila itu keburukan, maka diwaspadakan agar manusia mawas diri darinya.
Benarkah Zaman Berubah?
Saudaraku… Waktu terus berlalu, zaman pun berganti. Seiring perjalanan, semakin jauh umat manusia dari masa kehidupan Rasulillah shallallahu `alayhi wasallam. Semakin terlihat pula berbagai pergeseran hakikat kebenaran. Tidak sedikit perkara yang samar atau disamarkan, bukan jarang pula perkara yang telah jelas namun seakan menjadi “kelabu”. Bahkan, yang benar dinilai salah atau yang salah dianggap benar. Demikianlah kondisi yang kabarkan oleh Nabi mulia Muhammad shallallahu `alayhi wasallam menjadi realita. Beliau bersabda, “Kelak akan tiba bagi manusia “tahun-tahun yang menipu; saat itu si pendusta dianggap jujur, namun yang jujur didustakan. Si pengkhianat diberikan amanat, namun yang dapat dipercaya justru dinilai berkhianat…” (HR. Ibnu Majah no. 4042, Al-Hakim 4/465, 512 dan Ahmad 2/291. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam “Silsilah Shahihah” no. 1887). Sahabat mulia bernama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bersaksi bahwa beliau pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Sesungguhnya, tidaklah datang kepada kalian suatu zaman, kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari zaman itu. Demikian terus terjadi hingga kalian berjumpa dengan Allah Ta`ala Rabb kalian” (HR. Bukhari no. 6541)
Beberapa Fenomena Akhir Zaman
Siapapun di antara kaum muslimin wajib meyakini bahwa ucapan sabda Nabi Muhammad shallallahu `alayhi wasallam yang telah terbukti validitas keabsahannya sebagai hadits dengan riwayat yang “shahih” merupakan wahyu yang telah Allah turunkan kepada beliau untuk disampaikan kepada umatnya. Setiap hadits shahih yang disabdakan oleh Rasulillah shallallahu’alayhi wasallam tentang gambaran pergeseran norma umat manusia sepeninggalan beliau menjadi realita yang tak terelakkan. Semua itupun menjadi bukti kebenaran wahyu Ilahi.
Di antara fenomena akhir zaman adalah kebodohan tentang kebenaran agama Allah Ta`ala (Islam) yang semakin merajalela. Yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan. Jumlah kaum muslimin yang banyak, akan tetapi tak ubahnya seperti buih di lautan. Pergeseran nilai agama dan masih banyak lagi. Nabi shallallahu’alayhi wasallam bersabda, “Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah; memudarnya ilmu dan menguatnya kebodohan, khamr banyak dikonsumsi dan zina pun nampak merebak” (HR. Bukhari no. 78). (Dalam Islam, Khamr adalah semua yang memabukkan, baik cair, padat, bubuk atau apapun. Pen)
Zina, Sutra Dan Nyanyian “Dihalalkan” ?
Benarkah bahwa zina, sutra dan nyanyian halal dalam Islam?? Mari kita cermati bersama hadits mulia ini. Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam bersabda, “Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (semua yang memabukkan) dan alat-alat musik (nyanyian)…”. (HR. Bukhari no. 5590). Dalam menjelaskan makna hadits ini, Ibnu Hajar rahimahullah membawakan perkataan Ibnu Al-‘Arabi rahimahullah, beliau menyatakan, “menghalalkan” dapat berarti bahwa mereka meyakini kehalalan hal-hal yang haram tersebut. Atau dapat berarti juga, menganggap biasa dan melumrahkannya, seakan-akan ia adalah halal.
Zina
Saudara-saudaraku kaum muslimin....
Perbuatan zina dilaknat oleh Allah Ta’ala serta sangat dibenci oleh penduduk langit maupun penduduk bumi. Mari kita ingat firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’: 32).
Dalam menjelaskan tafsir ayat ini, Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa'di rahimahullah bertutur mengatakan, “Larangan dari Allah Ta’ala untuk mendekati zina lebih tegas daripada sekedar larangan perbuatan zina itu sendiri, karena berarti Allah melarang semua yang menjurus kepada zina dan mengharamkan seluruh faktor-faktor yang mendorong kepadanya” (Lihat “Taysir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir Al-Kalam Al-Mannan” QS. Al-Isra’: 32, hal: 457 ).
Sudah jelas terbukti serta dapat dipastikan bahwa banyak sekali efek negatif dan dampak buruk yang timbul dari perbuatan zina. Allah Ta’ala Yang Maha mengetahui dan Maha bijaksana telah menegaskan keharaman mendekati zina apalagi melakukan perbuatan zina.
Waspadalah, terhadap propaganda sebagian orang yang “kurang sehat akal” atau “menuhankan hawa nafsu” yang melegalkan zina bahkan mejadikannya sebagai solusi problematika. Seringkali, mereka menjadikan alasan-alasan dangkal atau pembenaran opini logika dalam rangka menuhankan hawa nafsu setan yang berujung kenistaan di dunia serta kesengsaraan di akhirat, na’udzubillahi min dzalik.
Subhanallah, Alhamdulillah, syariat Islam yang indah ini sudah sangat jelas serta menjanjikan kebahagiaan hakiki. Akan tetapi, sebagian manusia enggan menyambutnya bahkan justru memilih jalan yang menyimpang. Inilah salah satu fenomena akhir zaman. semoga Allah Ta’ala melindungi dan menjaga kita semua dari berbagai keburukan, amin.
Sutra
Dewasa ini, banyak pria di kalangan kaum muslimin yang mulai mengabaikan keharaman mengenakan sutra. Patut diketahui, bahwa kain jenis ini hanya boleh bagi kaum muslimat saja, karena ia termasuk kekhususan perhiasan wanita. Oleh karena itu, laki-laki yang memakai sutra di dunia, ia tidak akan memakainya di akhirat kelak. Suatu ketika, Nabi mulia Muhammad shallallahu `alayhi wasallam mengangkat sutra di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya seraya bersabda, “Sungguh, keduanya haram untuk kaum laki-laki dari umatku, namun halal untuk kaum wanita (umatku)” (HR. Abu Daud no. 4057 dan Ibnu Majah no. 3595). Dalam hadits lain beliau bersabda, “Barangsiapa mengenakan sutra di dunia, maka ia tidak akan mengenakannya di akhirat (surga)” (HR. Bukhari no. 5386 dan Muslim no. 3856, 3866, 3867 dll). Ibnu Qudamah menyatakan, “Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat di antara para Ulama tentang keharaman sutra bagi pria kaum muslimin” (Lihat “Al-Mughni”: 3/28)
Alat Musik dan Nyanyian
Di antara fenomena akhir zaman yang juga banyak kita jumpai di sekitar kita adalah yang satu ini. Allah Ta’ala berfirman,
Artinya, “Dan di antara manusia ada yang memilih “lahwal hadits” untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu serta menjadikannya olok-olokan. Bagi mereka itu azab yang menghinakan” (QS. Luqman : 6).
Imam Ath-Thabari dan Ibnu Katsir membawakan berbagai riwayat perihal tafsir para sahabat Nabi seperti Ibnu Mas`ud, Ibnu Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa`id bin Jubair, Mujahid, Makhul `Amr bin Syu`aib radhiyallahu ‘anhum dan lainnya yang mengurai makna “lahwal hadits” dalam ayat ini. Mereka semua memahami makna “lahwal hadits” adalah nyanyian. (1)
Jika semua ayat suci Al-Qur`an diturunkan di masa hidup para sahabat, maka merekalah yang paling mengetahui dan memahami setiap maksud dari makna-makna tafsir Al-Qur`an.
Dan ketahuilah, tidaklah sesuatu yang diancam dengan azab pedih lagi hina, kecuali karena hal tersebut merupakan kemaksiatan yang diharamkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan ummatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (semua yang memabukkan), dan alat-alat musik (nyanyian)…”. (HR. Bukhari no. 5590) (HR. Bukhari no. 5590).
Kaum Muslimin Bagaikan Buih
Sejatinya, banyak realita memprihatinkan bahkan memilukan menimpa sebagian kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Predikat “umat yang lemah dan mudah ditundukkan” seringkali dikesankan tertuju kepada kaum muslimin kendati secara kuantitas mereka berjumlah banyak. Ketakutan dan kekhawatiran terhadap musuh dari kalangan kaum kafir kerap kali menghantui penjuru wilayah kaum muslimin.
Saudaraku, ternyata hal ini telah dijelaskan oleh Nabi tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam semasa beliau masih hidup. Bukan sekedar ilustrasi, namun telah menjadi bukti kebenaran wahyu Ilahi.
Dari Tsauban radhiallahhu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak lama lagi, umat-umat lain akan saling menyeru untuk mengeroyok kalian (kaum muslimin) seperti orang-orang (lapar) yang makan mengerumuni nampan (berisi hidangan makanan)”. Salah seorang sahabat bertanya, “Duhai Rasulullah, apakah dikarenakan jumlah kita sedikit kala itu?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bahkan, saat itu kalian berjumlah sangat banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih (lautan). Dan sungguh, (pada saat itu) Allah akan menghilangkan rasa takut dari jiwa musuh-musuh kalian terhadap kalian. Dan Dia akan menimpakan (penyakit) “al-wahnu” ke dalam hati kalian.” Selanjutnya ditanyakan, “Duhai Rasulullah, apakah “al-wahnu” itu?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Cinta dunia dan benci kematian” (HR Abu Dawud no. 4297 dan Ahmad : 5/278 ).
Pergeseran Nilai Agama dan Moral
Saudaraku … Saat ini, orang-orang kafir memakai berbagai cara untuk mengelabui dan menghancurkan kaum muslimin. Di antaranya adalah dengan perang fisik maupun penjajahan pemikiran.
Target mereka adalah generasi penerus kaum muslimin, tonggak utama kekokohan agama Islam di masa mendatang. Kaum kafir menciptakan berbagai media, baik media hiburan, media informasi cetak dan elektronik, hingga media massa komunikasi dan dunia maya.
Perlahan tapi pasti, kaum muslimin saat ini sudah banyak bergeser arah langkah dan di“nina-bobo”kan. Mereka terlalai mengikuti arus. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, benar-benar kalian akan mengikuti jalan orang-orang yang sebelum kalian. Sejengkal demi jengkal, sehasta demi hasta, sehingga bilamana mereka masuk ke lubang binatang dhobb (hewan padang pasir sejenis biawak), maka kalian juga akan memasukinya.” (HR. Bukhari no. 3197, 6775 dan Muslim no. 4822).
Gesekan budaya dan moral adalah perang yang ditujukan untuk merubah mindset generasi muda kaum muslimin. Maka, sudah sepantasnya kita selalu mawas diri di akhir zaman ini. Cerdas dan selektif memilih jalan yang akan ditempuh. Bila keliru dan tergelincir, maka akan masuk dalam kubangan lumpur kegelapan.
Solusi Terbaik
Saudaraku… Islam datang untuk memberikan kedamaian jiwa dan ketentraman hati. Mewaspadai fitnah akhir zaman telah menjadi kewajiban masing-masing kita. Kepelikan berbagai fenomena akhir zaman akan tuntas dengan solusi indah dalam syariat luhur Islam.
Ambillah pelita Al-Qur`an dan cahaya Al-Hadits, tempatkan keduanya dalam panji kebenaran sesuai paham para sahabat Nabi generasi terbaik umat ini. Niscaya, kita akan meraih kebahagiaan yang hakiki insyaAllah. Semoga Allah Ta’ala menerangi jalan kita menuju ridha-Nya, amin.
----------------------------------------------
1. Lihat: Tafsir qur'anil 'Adhiim, 6/331
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Buletin Nidaaul Irsyad, edisi 5, Dzulqa'dah-1434 H
0 komentar:
Posting Komentar