Persahabatan dalam perspektif islam sah-sah saja. Bahkan sang Khairul Ummah, pembawa panji Islam kepada seluruh Ummat manusia ini, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- juga mencintai leyaknya manusia biasa, namun didasari dengan kecintaanya kepada Allah ta’ala. Dalam banyak sabdanya beliau memberikan kabar gembira bagi siapa yang saling mencintai karena Allah.
Seperti yang disitir dalam sabdanya: “Ada tujuh golongan yang mendapat lindungan Allah, pada hari dimana tiada lindungan kecuali lindungan-Nya, diantaranya : Dua orang yang saling mencintai karena Allahberkumpul dan berpisah karena-nya.”(HR. Bukhari)
Sob, siapa yang tidak mau punya sahabat?? Siapa juga yang tidak mau berbagi suka dan duka dengan orang yang dianggapnya bisa dipercaya????
So, pasti semua orang ingin memilikinya karena manusia tidak bisa menjalani hidupnya sendirian.
Waah, menjadi sahabat yang saling mencintai karena Allah.
Why not ???
Wow, kayaknya cocok nich buat pengetahuan kawula muda kita. Yuk,,, kita lanjutin bacaannnya.
RAMBU-RAMBU PERSAHABATAN
Nah, kalo maw jadi orang yang saling mencintai karena Allah, Guys, harus tahu rambu-rambu di bawah ini :
Cintailah sekedarnya
Ingat nggak ? Sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-,
“Cintailah seseorang sekedarnya saja, bisa jadi suatu saat seorang itu menjadi orang yang sangat kamu benci. Dan bencilah seseorang sekedarnya saja, bisa jadi suatu saat seorang itu menjadi orang yang sangat kamu cintai. ”(HR. Tirmidzi )
So, bagi siapa saja yang ingin mencintai seorang teman. Maka, jadikan cintamu sewajarnya saja, jangan terlalu berlebihan. Seakan-akan kalau nggak ada teman nggak bisa hidup, atau kalao nggak ada teman, galau, risau, resah, gelisah, dll.
Cintailah Karena Allah
Jangan asal cinta, tapi dasarilah cinta itu karena Allah ta’ala. Dalam hadits yang diriwayatikan melalui jalan Anas bin Malik, Rasulullah bersabda :
“Tiga sifat yang apabila terdapat dalam jiwa seorang hamba, maka ia akan mendapatkan dengannya manisnya iman :1. Barang siapa yang mencintai Allah dan rosulnya lebih dari kepada selain keduanya, 2. Tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, 3. Dan ia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah memberinya kebenaran sebagaimana ia benci untuk dilempar kedalam api neraka” (HR. Muslim)
Saling Menasehati
Waah, mungkin hal yang satu ini yang sangat jarang dijumpai dikalangan kawula muda zaman ini. Manakalah mencintai seseorang sahabat, yaitu “Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”. Namun jika perkara yang satu ini tumbuh dalam jiwa seorang sahabat maka lengkapilah cintanya karena Allah ta'ala.
Peringatan!!!
Sobat muda fata, ingatlah akan sebuah perkataan hikmah,
الصَّاحِبُ السَّاحِبْ
“Sahabat itu menyeret”
Dalam sebuah hadits Rasulullah juga bersabda,
“Agama seseorang tergantung pada agama temannya, maka kalau kamu mau melihat agama seseorang, lihatlah kepada siapa ia berteman”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
*****
Sepenggal kisah dua orang santri di bawah ini, semoga bisa menjadi bahan renungan kita bersama, kisah dua orang sahabat disalah satu Pondok Pada masa era moderm ini.,
Sebut saja namanya Hj dan Hd. Mereka adalah dua dari serangkaian sahabat yang dipertemukan oleh Allah di sebuah pesantren A di kota S. Mereka berasal dari daerah yang berbeda dan mempunyai tipikal yang berbeda pula. Namun karena sifat saling memahami diantara mereka, jadilah mereka sahabat yang akrab. Sampai suatu ketika si Hj tertimpa sebuah musibah dan kemudian dengan terpaksa meninggalkan Pondok untuk beberapa saat dengan meninggalkan sepucuk surat. Sebagai nasehat untuk sahabatnya, Hd.
“Hidup ini tak semudah yang kau kira kawan. Kadang ada ombak dan badai yang menghadang. Bahkan kenyataan hidup ini tak seindah yang kita kira”.
Seusai membaca petikan surat itu, ia tersedu sesaat, sesak. Seakan ia merasakan apa yang dirasakan sahabatnya tersebut. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa selain hanya berdo'a.
Sampai beberapa waktu kemudian, mereka berpisah karena Allah ta'ala dan saat ini si Hd yang tertimpa musibah, namun si Hj bertambah jauh dan enggan berteman dengan si Hd. Akhirnya si Hd, tatkala merasakan hal yang berbeda dari sahabatnya Hj, ia pun menulis sebuah Hadits Rasulullah untuknya.
“Ya, Akhi, ingatlah akan sabda Rasulullah,
“Janganlah kalian saling membenci, saling iri, dan sling berpaling. Jadilag hamba-hamba Allah yang Bersaudara dan haram bagi seorang muslim menghajar (mendiamkan) sodaranya lebih dari 3 hari ”(HR. Muslim )”
Si Hj pun sadar atas keteledorannya selama ini, kemudian ia pun meminta maaf kepada si Hd. Akhirnya mereka kembali menjadi sahabat yang sejati. Ukhuwah fillah, Abadan Abada.
So, sekarang mari kita jadikan cinta kita kepada sahabat karena Allah dan mengharap Ridhanya serta syafaat dari-Nya kelak.
---------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Artikel pertama penulis yang dimuat dimajalah elfata, pada tahun 2012
0 komentar:
Posting Komentar