Setiap hari mungkin kita, terutama sobat muda tak pernah lepas dari yang namanya bercanda. Sering kita mendengarnya, mengucapkannya dan bahkan kita sendiri yang melakukannya. Namun pernahkah kita mengetahui apa itu bercanda yang dalam bahasa arab disebut dengan al-mizah. Bercanda adalah bersenda gurau dengan orang lain tanpa menghina dan mencelanya. (1)
Budaya softoh atau bercanda sudah dikenal sejak turun temurun, karena perilaku ini sering kita lakukan dikehidupan kita. Kebiasaan ini bukan hanya dilakukan oleh anak-anak pra sekolah atau hanya oleh para remaja, tidak! juga oleh orang-orang yang sudah berumur pun mereka bercanda. Namun, tingkat kualitas dan cara mereka bercanda tentu berbeda dengan sobat-sobat kawula muda. Islam pun tidak pernah melarang umatnya untuk bercanda. Hanya saja memberikan batas-batas yang harus diperhatikan oleh seseorang disaat bercanda. Berikut akan kita uraikan bagaimana hukum dan tuntunan islam dalam bercanda.
Pandangan Syariat
Dewasa ini, bercanda sudah menjadi kebiasaan para kawula kita terutama sobat-sobat muda yang masih duduk di bangku sekolah. Dalam syariat islam bercanda mubah, namun jika sudah berlebihan menjadi haram. Islam telah memberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan ketika bercanda. Yang harus kita perhatikan adalah jangan sampai kita menjadikan bercanda sebagai profesi yang harus kita lakoni setiap hari. Karena hal yang demikian akan menyebabkan banyak tertawa, yang kemudian menjerumuskan kepada matinya hati.
Mereka juga softoh lho
Jika kita mau menelisik kehidupan rosulullah dan para sahabat nya, ternyata mereka juga bercanda lho!, Emang ia? Ya iyalah, mereka juga manusia seperti kita yang terkadang datang rasa bosan dan putus asa, dengan adanya canda maka suasana akan cair kembali. Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)
Berikut dua teladan kita ketika mereka bercanda:
Teladan 1: Sahabat Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu- mengisahkan, Ummu Sulaim -radhiallahu 'anha- memiliki seorang putera yang bernama Abu Umair. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari beliau -shallallahu 'alaihi wa sallam- pun datang mengunjunginya dengan niat bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata: “”Wahai Rasulullah, burung yang biasa diajak bermain sudah mati” Lantas Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bercanda dengannya, beliau berkata:
يَا اَبَا عُميرٍ مَا فَعَلَ النُغَيْرُ
“Wahai Abu ‘Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu” (HR. Abu Dawud)
Teladan 2: Pada suatu hari, al-Imam asy-Sya’bi -rahimahullah- bercanda, maka ada orang yang menegurnya dengan mengatakan, “Wahai Abu ‘Amr (kuniah al-Imam asy-Sya’bi, -red.), apakah kamu bercanda?” Beliau menjawab, “Seandainya tidak seperti ini, kita akan mati karena bersedih.” (Lihat: Al-Adab Asy-syar’iyyah, jilid 2 hal. 214)
Imamal Al-Ghozli -rahimahullah- menyebutkan dalam kitabnya ihya ulumuddin jilid 3 hal. 203 “kalau kamu mampu sebagaimana Rasulullah -shalallahu 'alaihi wasallam- dan para sahabatnya perbuat, yaitu kamu bercanda dan tidak mengucapkan kecuali yang benar, tidak menyakiti, tidak berlebih-lebihan, dan kamu mencukupkannya sesekali saja, maka tidak mengapa. Tetapi merupakan kesalahan besar bila seseorang menjadikan canda sebagai profesi yang dilakoni dan berlebih lebihan di dalam nya kemudian menjadikan perbuatan Rasulullah -shollalahualaihiwasallam- sebagai pegangan nya ”
MAINKAN ETIKANYA
Secara global begerapa etika dalam bercanda sudah di sebutkan dalam perkataan imam al-Ghozai diatas, namun ada baiknya jika kita perincikan satu demi satu, yaitu:
- Tidak berbohong
Berbohong adalah perilaku yang merugikan diri sendiri. Orang yang terbiasa berbohong ia akan terus menerus berbohong dalam setiap ucapannya. ini adalah perilaku yang sangat dibenci dalam islam, sampai-sampai Rasulullah bersabda dalam sebuah hadistnya, “......... Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan walaupun dia sedang bergurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik.” (HR. Abu Dawud, no. 4800 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 1464)
- Tidak menyakiti hati
Terkadang kita tidak bisa mengukur, sebatas apa canda kita, sampai-sampai orang yang kita ajak bercanda merasa tersinggung dan tersakiti hatinya, yang kemudian membuatnya semakin jauh dari orang yang dulunya sering bercanda dengannya. Hanya karena ucapan kita yang sepele, namun membekas dalam jangka yang sangat lama. Sobat, perasaan orang yang kita sakiti itu lebih sakit dan lebih lama membekas daripada kita menyakiti fisiknya. Karena ia akan hilang dalam jarak satu atau dua hari.
- Tidak ghuluw (lebih lebihan)
Keterlaluan atau dalam bahasa anak zamana sekarang adalah lebay dalam bercanda, itu juga sifat yang tidak layak dalam bercanda. Orang akan merasa risih dengan kita, dan terkadang sifat berlebih lebihan dalam bercanda bisa membawa kepada tingkat yang lebih fatal dari itu, yaitu perkelahian.
Tak jarang kita menyaksikan teman-teman kita yang awalnya sering terlihat bercanda berdua, dan bahkan setiap harinya dihiasi dengan canda dan tawa, namun disuatu hari kita tidak pernah melihat itu semua. Semuanya menjadi semu dan kembali dalam kesepian. Atau bahkan kita pernah merasakannya sendiri, bagaimanalah rasa dijauhi oleh orang lain padahal dulunya orang sangat dekat dekat dengan kita?. Maka hindarilah sifat yang seperti ini.
-Bercada hanya secukupnya
Apakah kita harus memberikan jatah untuk diri kita dalam bercanda? Misalnya seminggu hanya tiga kali bercanda, tidak! Bukan ini yang dimaksud, tapi “bercanda sekedarnya saja”, cukup menghibur diri dan orang yang kita ajak bercanda.
Setiap perkara dunia yang kita lakukan itu hanya secukupnya saja, termasuk dalam bercanda. Tidak boleh berlebihan apalagi sampai memaksakan diri.
-Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda
Sering kali kita melihat beberapa sobat kurang memperhatikan orang yang diajak bercanda, ia menyamakan semuanya. Padahal ada orang yang suka diajak bercanda dan ada pula orang yang tidak suka bercanda. Maka kita harus berhati-hati dalam hal ini, jangan sampai kita meninggung atau bahkan membangkitkan singa yang sedang istirahat ibaratnya.
Penutup
Saudaraku......
Fenomena miris yang kita saksikan dikehidupan abad yang ke-21 ini sangat jauh mereka dari tuntunan Nabi mereka dalam bercanda. Berbagai televisi menayangkan acara-acara yang berlatar belakang “lucu” dan memainkan adegan-adegan canda yang berlebihan. Hanya untuk lucu dan para audiens tertawa ia pun berbohong atas nama canda. Dan kemudian perilaku seperti ini diikuti oleh sebagian sobat muda kita, sungguh disayangkan ketika mata memandangnya. Sobat fata... keep the spirit in running your days!!!
----------------------
1. Lihat: Quthuf min ays-syamaailah al-Muhammadiyah, hal. 93
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah elfata, edisi 12, vol.12, tahun 2013
0 komentar:
Posting Komentar