Kamis, 25 April 2013

Romi…. Akankah Semuanya Berubah......???







Tak pernah terbetik dalam benak Romi untuk menjadi seorang muazin dan sebagai pelantun ayat suci al-qur’an di kemudian hari. Hidupnya yang penuh glamour  menjadikanya jauh dari robbnya.
Masa-masa di SD sampai SLTP ia habiskan hanya untuk bersenang-senang. Dia ingin membuktikan pada teman-temannya bahwa dialah orang yang hebat, dialah orang yang terkuat, dia ingin menjadi yang terdepan dalam setiap perkelahian dan persengketaan, karena jiwa remajanya begitu deras mengalir di setiap relung-relung kehidupannya.
Bermula dari masa belajarnya di salah satu SDN kota palembang sampai kemudian melanjutkan SLTP di sana. Romi sosok yang berambut gondrong dan mempunyai sifat yang tempera mental, karena begitulah sifat kebanyakan orang-orang Palembang. Mudah marah. Sedikit ada masalah langsung terjadi perang antar desa, sampai kemudian saling membunuh.

*****

            Semenjak menduduki bangku kelas 6 SD,  Romi telah membentuk satu geng yang  dimotorioleh dirinya sendiri dan hanya beranggotakan 10 orang. Setiap berangkat ke sekolah Romi dan teman-temannya selalu siap bersedia untuk membawa pisau atau senjata tajam lainnya.
Sampai kemudian ia melanjutkan studinya di SLTP kota Palembang tersebut, namun sifatnya belum berubah sedikitpun. Bahkan di umur yang ke 15 tahun ini, di saat ia menduduki bangku kelas 3 SLTP, Romi tumbuh sering berantem, baik perorangan atau antar geng, dan itu bukan sesuatu yang asing lagi bagi dia.

**********************

Innan Nafsa la’ammarotul Bissu’… (Sesungguhnya jiwa itu selalu mendorong untuk berbuat amalan-amalan kejelekan). Terlebih lagi bagi seorang Romi yang belum memiliki basic iman sedikitpun, walaupun ia beragama islam, namun ia merasa begitu jauh dari ajaran-ajaran islam.
Tahun 2006, tepatnya seminggu setelah pengumuman kelulusannya di SMP, Ust.. Ilman (bukan nama asli) salah seorang Ust.azd utusan salah satu pondok di Jogja  yang sedang menjalani masa bhakti pengabdiannya (magang, -pen) selama setahun di daerah tersebut. Ust.. Ilman sering beberapa kali memperhatikan  kelakuan Romi dan gengnya, karena Romi termasuk salah satu murid ta'lim Ust. Ilman, walau hanya beberapa kali pertemuan saja, karena paksaan dari orang tuanya. Sedikitpun  tidak tertarik bagi Romi untuk mengikuti majelis-majelis ta’lim, kerjanya baca al-qur’an, dengar muhodhoroh dan hal-hal yang semisal. Maka sudah lumrah pada umurnya yang ke 15 tahun ini dia belum bisa membaca al-qur’an walau hanya iqro'.
            Prihatin.
            Ya, ada rasa prihatin dari seorang sosok Ust.. Ilman. Ia merasa kasihan melihat tingkah  polah Romi  sehari-hari. Namun apa daya seorang Ust. Ilman, selain hanya bisa berdo’a dan menyerahkan semuanya kepada yang maha kuasa

*****

Tibalah pada suatu hari…..
Hari dimana Romi harus memilih, demi masa depannya yang hakiki. Ust. Ilman memanggil Romi untuk berbicara sesaat namun serius, “ROMI DIMINTA BELAJAR KE PULAU JAWA”. Pondok tempat belajar Ust.. Ilman setahun yang lalu.
Awalnya ada rasa ganjil di lihat Romi, kalau ia menerima tawaran ini  takut dikatakan pengkhianat oleh teman-temannya. Tapi, kalau menolak tawaran ini masa depannya suram, tak ada harapan-harapan.
Hati kecilnya ingin masuk pondok dan mempelajari agama islam. Tapi di sisi lain ia juga ingin menghabiskan massa remajanya bersama teman-temannya se-geng. Pada akhirnya setelah memikirkan kembali tawaran Ust. Ilman ia pun memutuskan untuk menjadi seorang santri di pondok nanti.
Setelah mengajukan beasiswa kepada pesantren yang bersangkutan Romi pun berangkat dengan ditemani Ust. Ilman karena masa pengabdiannya pun sudah berakhir tahun ini.

*****

“Alif”, “Ba”, Ta,” “Sa,”……….
Mungkin demikianlah gambaran di awal pembelajaran Iqro Romi di pesantren ini. Huruf demi huruf ia baca walau dengan berbata-bata. Sembari di bimbing oleh kakak kelasnya yang sudah 2 tahun lebih lama mondok di pesantren ini, ia dengan semangat membacanya….
Hari berganti hari di lewati Romi dengan belajar Iqro’, dengan penuh semangat dan tekad yang kuat. Ia ingin sekali bisa membaca al-Qur’an layaknya teman-temannya yang lain. Pada tahun ini umurnya sudah menapaki angka yang ke 16 tahun.
Hari,            27 Mei 2006……
Terjadi bencana alam yang menimpa kota Jogjakarta dan sekitarnya. Gempa bumi berkekuatan. 6.5 SR. Meluluh lantakkan bangunan-bangunan dan membunuh ribuan jiwa manusia, sekolahpun di liburkan.
Hari ini……
Ia sudah bisa baca al-qur’an namun takdir sudah ditentukan Romi harus pindah pondok, ke salah satu pondok di kota S. Disana ia memperdalam ilmu agama dan mulai menghafal surat-surat pendek pada juz 30, iapun masuk di kelas I’dad Lughawy (persiapan bahasa arab, -pen). Saat ini ia sudah berusia 17 tahun. Mungkin ia terlihat lebih dewasa dari teman-temannya yang masih berusia 15 tahun sampai 16 tahun.

*****
 semenjak masuk ke pondok A di kota S. Romi bertambah semangat dalam mempelajari ilmu agama seringkali ia membayangkan masa-masa glamournya bersama teman-temannya 2 tahun yang lalu. Saat itu ia tidak mengerti apapun tentang agama. Tak pernah terlontarkan satu ayat al-Qur’an pun dari lisannya. Gelap. Menyeramkan. Kini, ia ia merasa lebih berguna dari pada waktu itu, bagaimana dengan teman-temannya ??
Melihat semangat Romi di kesehariannya, iapun dipilih auntuk menjadi muadzin tetap di pondok A, bersama keempat temannya yang lain.

*****

Liburan akan tiba…..
Saat ini memasuki tahun 2009
 Hasrat Romi untuk pulang kampung demi bertemu dengan keluarga dan melepaskan rasa rindunya semakin membuncah. Maklum ia seorang santri beasiswa yang tidak mungkin bisa pulang setiap menjelang liburan layaknya siswa lainnya.
Liburan semester pada tahun ini menjadi liburan pertama kali ia pulang kampung semenjak ia pergi ke Jawa. Banyak mimpi-mimpiyang ingin di realisasikan selama di kampung. Tak pernah terbesit dalam benak Romi 3 tahun  yang lalu ia akan menjadi seorang muazin dan pelantun ayat suci Al-Qur’an sebagaimana  hari ini. Liburan pada tahun ini, menjadi liburan yang sangat mengesankan dalam goresan sejarah  hidupnya saat ia pulang kampung. Romi di suruh untuk menjadi imam, mengajar anak-anak TPA dan akhlaknya pun jauh lebih berbeda dari akhlak teman-teman se-gengnya dahulu. Saat ini umminya merasa bahagia memiliki anak seperti Romi. Romi sekarang sudah hafal 4 juz al-Qur’an.
*****

Satu nasehat yang ia sampaikan kepada seluruh pembaca sobat fata, saat Romi menceritakan hal ini kepada saya. “Memang hidayah itu sangat berharga , sulit orang mendapatkannya, hanya orang-orang pilihan Allah lah yang bisa menikmati hidayah Allah. Saya sering berpikir seandainya saya tidak di beri hidayah oleh Allah untuk masuk pondok, akan jadi apa saya hari ini ?? Teman-teman se-geng saya dulu kini mereka lebih hancur. Bahkan mereka lebih parah dari dahulu. Namun Allah masih menyayangi  saya dengan di masukkkan ke pondok ini”. “Alhamdulillah”, tuturnya di akhir kata. Saat ini ia sedang melaksanakan masa bakti pengabdian (magang) selama 1 tahun.
Semoga Allah memudahkan urusanmu wahai akhi …..di dunia maupun di akherat kelak.
Pesantren Islam Alirsyad
30 October 2012
Abu syuja'
أبو شجاع

0 komentar: