Kamis, 25 April 2013

Bunda..... Kakanda.... Maafkan Annisah



 


Tatkala manusia merasa senang dengan sesuatu. Dia pun akan menyayanginya dan sangat mencintainya. Namun, Allah slalu memberi Ujian kepada hamba-hamba-Nya untuk meguji kadar keimanannya. Banyak kisah yang mencatat akan hal itu.
Kisah wanita sholehah dibawah ini, menjadi salah satu alur yang patut kita telusuri di setiap relung-relungnya dan jadikan sebagai bahan renungan dalam hidup kita.
Wahai Jiwa yang Nestapa. Dengarkanlah penuturan seorang ustadz dibawah ini …
Annisah (bukan nama asli), wanita separuh baya ini memiliki tiga orang adik dan seorang kakak laki-laki. Tatkala umurnya menapaki angka yang ke-18 tahun. Seorang ikhwan datang mempersuntingnya untuk menjadi istri serta ibu dari anak-anaknya kelak.
Annisah sosok wanita yang cantik dan tertutup. Allah mengaruniainya untuk belajar di salah satu Pondok ternama di nusantara ini. Pada saat berusia 15 tahun, Annisah sudah mampu menghafal separuh al-Qur’an, 15 Juz. Itulah salah satu prestasi yang sangat dibangggakan oleh orang tuanya. Selain itu juga selalu memasuki tiga besar dalam prestasi akademiknya. Orang tua Annisah sangat menyayanginya lebih dari saudara-saudaranya yang lain.
Tatkala Akmal, ikhwan yang akan datang mempersunting Annisah, tepatnya pada hari Senin, 20 November 2004, Annisah baru menyelesaikan masa pengabdiannya (magang, -pen) di sebuah Pondok yang tak begitu jauh dari rumahnya.
***

Hari Ahad, 26 Desember 2004 …….
Tepatnya sebulan setelah pernikahan Annisah dengan Akmal. Terjadilah bencana alam yang menggemparkan seluruh negara-negara di dunia. Gempa dan Tsunami Samudra Pasifik menimpa Nangroe Aceh Darussalam.
Banyak bantuan yang datang ke negeri yang berjulukan “Serambi Mekkah” ini, baik dari luar maupun dalam negeri. Mulai dari bantuan moril maupun materi. Banyak pula para da’i yang dikirim kesana.
***
Pagi Rabu, 27 Desember 2004, Annisah mendapatkan sebuah panggilan dakwah dari seorang Ustadz untuk berangkat ke Aceh. Guna menjadi guru pengajar disana.
Awalnya, Annisah sempat galau, resah karena baru menikah sebulan yang lalu dan harus berpisah. Namun, setelah melaksanakan beberapa kali sholat istikhoroh dan mendapat izin dari suami dan orang tuanya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk berangkat kesana dengan disertai dua temannya yang lain.
***

Memasuki tahun kedua, ia berada di Aceh…. Tepatnya pada tahun 2006. Dari sinilah gemuruh ujian itu dimulai. Ia terindikasi mengindap sebuah penyakit kronis, penyakit yang bisa membawa kepada kematian. Para dokter bersepakat  belum ada obat untuk mengobatinya. Penyakit leukimia, ya… Leukimia. Seperti yang dijelaskan bahwa penyakit leukimia menyerang sel darah putih. Sel darah putih berguna untuk menjadi anti body, tatkala sel darah putih habis akibat terserang leukimia, maka akan mudah penyakit-penyakit yang lain bersarang di sekujur tubuh.
Annisah, seorang istri yang sholehah bagi suaminya dan sosok yang suka berbakti kepada orang tuanya. Dia tidak tega mengabarkan kondisinya sekarang ini kepada suami atau orang tuanya, takut akan meresahkan mereka yang berada di Pulau Seberang sana. Ia memendamnya. Seorang diri, hanya dia dan ust. kazem yang tau akan hal itu.
Suatu malam, jarum jam menunjukan pukul 14.00. Annisah berusaha menelfon ust kazem, guru pengajiannya selama di jakarta. “ Assalamu’alaikum ustadz, ini Annisah, ustadz ana terindikasi mengidap penyakit leukimia. Tolong jangan di kabari kepada suami atau orang tua Annisah dulu ya”??, suara Annisah terdengar begitu lirih di speaker telfon ust . kazem, samar –samar, sampai ust. Kazem pun bertanya ulang,
“Wa’alaikumussalam Anisah, Anissah bicara apa?? Suaranya terlalu pelan, ustadz nggak mendengarnya dengan jelas”, Ustad kazem berusaha bertanya balik dengan nada yang tenang..
“Ustadz, ini bukan  Annisah lagi yang ngomong, tapi perawat, suster di rumah sakit ini. Annisah teridap penyakit leukimia, ustad. Dia berpesan supaya jangan mengabari suami atau orang tuanya dahulu, ya ??” jelas suster tersebut.
            Keesokan harinya……
            Setelah semalam di hubungi oleh Annisah dan seorang suster yang tak dikenalnya. Ustadz kazem dikagetkan dengan banyaknya sms yang masuk ke handphonenya. Setelah dibuka satu-persatu, ternyata semuanya bersumber dari annisah dengan bunyi yang sama,
“ Ustadz kazem ”
“ Ustadz kazem ”
“ Ustadz kazem ”
Sampai sekitar 15 sms bunyinya hanya “ ustadz kazem “. Ustadz kazem pun hanya duduk termenung sesaat. Ada apa dengan Annisah??, kenapa dia mengirim sms dengan teks yang sama??. Akhirnya ustadz Kazem pun memberanikan diri untuk menelfonnya. Teryata yang mengangkat adalah umminya, “Ustadz… Allah telah mencabut nyawa Annisah tadi malam jam 03.30 dirumah sakit.  Saya membaca semua sms Annisah ke antum yang isinya sama. Sebenarnya ada apa dengan Annisah ustadz?” Ummi Annisah bertanya dengan nada yang dicampuri tangisan, terdengar begitu serak ditelinga Ust. Kazem.
Ust. Kazem pun berusaha menjelaskan kronologi yang sebenarnya kepada Ummi Annisah dengan penuh hati-hati, “Ummi, sebelumnya ana minta ma’af. Sebenarnya Annisah mengidap penyakit leukimia yang baru terdeteksi pada umur dia yang ke – 20 tahun ini. Annisah nggak maw memberi tahu suami atau orang tuanya terlebih dahulu. Dia tidak mau meresahkan orang lain, Ummi. Annisah Cuma cerita ke ana, itupun pada malam terakhir sebelum Allah mengambil nyawanya. Ummi harus bersabar ya, setiap manusia pasti akan diuji oleh Allah, tergantung kadar keimanannya. Memang hidup ini tak semudah yang kita kira Ummi, kadang ada ombak dan badai yang menghadang, Bahkan kenyataan hidup ini tak seindah yang kita kira”, Ust. Kazem berusaha menghibur Ummi Annisah dengan panjang lebar.
Innalillaahi wainna ilaihi rooji'un. Selamat jalan Annisah, semoga jasadnya diterima disi Allah ta'ala.
***
Begitulah alur kisah singkat perjalanan Annisah. Lihatlah betapa tegarnya wanita sholehah ini. Ia rela meninggalkan suami dan orang tuanya demi kepentingan Ummat. Diapun begitu tegar tatkala dokter memvonisnya bahwa belum ditemukan obat untuk penyakit leukimia. Tak pernah sekali pun ia mengeluh kepada suami atau umminya tentang hal itu.
Wahai sobat, ikhwan dan akhwat, Abi dan Ummi patutlah kita mengambil petikan intisari hikmah dari kisah diatas.
*****

Pondok Pesantren Islan Al-Irsyad
08/10/2012
Aboe Syuja'

1 komentar:

Anonim mengatakan...

masyaallah, kisah nyata yang sangat menggugah...