Sabtu, 12 Januari 2013

SANDIWARA SANG ILAHI


Kumulai Risalah ini dengan berucap bismillahhirrohmanirrohim
Diatas Lembaran putih ini kugoreskan pahitnya sandiwara SANG ILAHI
Sebenarnya berat hati tuk menggerakkan pena ini lebih lanjut
Sebab, banyak kegelapan dan cobaan yang telah kulewati
Masih melekat dalam memori ini ketika aku mencoba melarikan diri dari kegelapan yang merintangi
Kegelapan yang sulit ditafsirkan dengan bahasa kalami
Di numi serambi mekkah aku dilahirkan
Dipagi yang cerah lagi diberkahi
Bersama dengan hari aku melangkah tuk menuju masa depan yang diridhoi
Disaat aku menulis kata demi kata diatas lembaran ini, kyayalanku melayang kemasa lalu yang menyeramkan
Hidupku yang tak beraturan, membuat jati diriku tertekan dalam pergaulan
Tahun 1997 adalah masa yang menyedihkan dalam lembaran hidupku
Dengan kepergiannya dua orang yang sangat kami cintai
Kakek dan nenekku
Disusul berpencarnya keluarga besarku di seluruh nusantara
Tahun 1998, aku menyusul ayahandaku ke kampung halamannya setelah ditinggal oleh beliau selama empat tahun
sejak aku masi beruia tiga bulan dalam kandungan ibunda
Selama setahun penuh kusuri hidup bersama ayahanda
Kurasakan perihnya Hidup ini
Sedih......
Sakit.......
Terurai air mata jika memikirkannya
Bagaikan tersayat hati ini ketika melihat ayahanda melakukan hal yang dilarang oleh Allah
Masih teringat dalam benakku manakala ayahanda memukul ibunda ditengah kegelapan malam yang suram
Tak seorang pun tergugah jiwanya tuk menolong ibunda
Semuanya diam membisu dalam selimut yang lesu
Hanya malam sebagai saksi atas semua kejadian itu
Ibunda..... Sungguh, perjuanganmu menakjubkan dunia
Tak ada seorang pun yang pernah kusaksikan bisa menandingimun dalam kesabaran
jiwamu kukuh
Tak mudah runtuh
Laksana karang dilautan
Bunda..... Bersabarlah terhadap semua yang menimpamu, karena dunia ini adalah tempat ujian bagi kita semua
Bunda..... Ananda bangga memiliki orang tua seperti engkau
Bunda..... Maafkan tingkah khilaf ananda, khilaf tanpa alpa bak embun tersinar mentari
Bunda..... Ananda ingat suatu hari, ketika ananda ingin melarikan diri dari rumah, mencoba menjauh dari semua kerabat, teman dan para ustadz, juga dari hiruk pikuk Aceh yang melanda
Tapi, harapan itu sirna dikala mengangat perjuanganmu ibunda
Sekarang, tiba waktunya tuk mengapai harapan itu semua
Menjauh dari keluarga dan Aceh yang lara
Karena harapan ananda ingin menjadi pemuda yang berjasa bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa
Bunda..... Ma'afkan kekhilafan ananda, jika kepergian ini tanpa sepengetahuan keluarga semua
Tidak ananda melakukan itu kecuali demi kebaikan kita semua
***
Sabtu, 24 Maret 2012
Abu Syuja' Elham

0 komentar: