Banyak orang yang mendambakan sahabat sejati. Sahabat yang ingin selalu bersamanya, saling mengingatkan saat terlupa, saling merasakan saat sedih maupun senang, saling membangkitkan saat terjatuh dari sebuah persoalan, membangunkan saat tertidur, jalan kemana-mana bersama, sampe tidur pun kadang bersama. (^-^)
Nah, Inilah yang mereka anggap sebagai karakteristik teman sejati, selalu ada bersama dalam keadaan apapun. Sebenarnya ada satu hal yang luput dari karakteristik teman sejati dalam pandangan sobat muda saat ini.
Al-muttaqin…. Yup, Inilah karakteristik teman sejati yang sebenarnya, yang selalu mencintai atas landasan takwa. Cinta yang seperti inilah yang akan kekal sampe hari akhir kelak. Adapun selain itu, persahabatannya akan fana, jika tidak di dunia, maka akan menjadi saling bermusuhan di akhirat kelak.
Persahabatan yang tidak di dasarkan dengan konsep muttaqin (bertakwa), sudah barang tentu persahabatan mereka karena keinginan terhadap sesuatu yang di miliki oleh sahabatnya. Bisa jadi karena ia kaya, karena ia pintar, karena ia cakep, ato hal-hal lain yang membuat oran-orang tertarik untuk berteman dengannya.
Ok, sobat pasti ingat sebuah ayat tentang persahabatan berikut ini,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَِ
“Orang2 yang saling mencintai (berteman dekat) pada hari Kiamat sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yg lain kecuali orang-orang yg bertakwa.” (QS. az-Zukhruf: 67)
Dan itulah saat yang paling menyakitkan, saat dimana semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan yang telanjang bulat, belum dikhitan, tidak memakai alas kaki, matahari didekatkan diatas kepala hanya berjarak sejengkal tangan, bahkan sebagian orang bermandikan keringat karena dosanya, disaat itu pula teman kita di dunia yang tidak didasari ketakwaan mencaci maki kita, menjadi musuh utama kita. Maka apa boleh buat? Masa persahabatan didunia mereka selalu bersama, tapi tidak pernah mengingatkan akan waktu shalat, akan kasih sayang, akhlak mulia, dan sebagainya dari amalan-amalan kebaikan. Mereka hanya mementingkan kebagiaan yang didasari dengan hawa nafsu.
Adapun orang-orang yang mencintai karena Allah, mereka akan dipanggil oleh Allah kelak dengan panggilan yang sangat mereka sukai, berikut kita simak sebuah sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-,
Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman:
أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Manakah orang-orang yang bercinta? Dengan keagunganKu, Aku akan memberikan naungan kepada mereka dalam naunganKu pada hari yang tiada naungan, kecuali naunganKu” (HR Muslim, no. 6.494)
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mencintai atas dasar takwa dengan perlindungan-Nya di hari tidak ada naungan kecuali naungannya.
Sejatinya orang mukmin bersaudara
So, siapakah temanmu?..
Pada dasarnya seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah saudara, saudara yang digambarkan oleh Rasulullah bagaikan satu bangunan, satu tubuh dan satu rasa. Jika satu bagian yang sakit, maka akan sakit seluruh anggota yang lain. inilah persahabatan sejati.
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. (Muttafaq 'Alaihi)
Dan dalam sabdanya yang lain, “Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhâri dan Muslim)
Selektif dalam memilih sahabat
Sobat, kalo sudah begini jadinya, maka sudah barang tentu kita sebagai yang seorang sobat muslim dituntut untuk cerdas dalam memilah dan memilih sahabat.
Sob, mungkin kamu bertanya, kenapa kita harus selektif dalam memilih sahabat? Jawabannya karena teman adalah cerminan kita dalam pandangan seseorang. Tolok ukur kita saat orang-orang ingin mengetahui siapa kita sebenarnya. Maka perlu beberapa hal yang harus kita ketahui dalam memilih teman. Berikut beberapa point dalam memilih sahabat, disarikan dari kitab Minhaajul Muslim, hal. 94, karya Syaikh Abu Bakar Al-Jazaairi. Semoga bisa membantu sobat dalam memilih karakteristik sahabat yang baik,
1. Berakal
Sudah pasti kita semua menginginkan sahabat yang berakal dan bisa saling berbagi dalam segala hal, bertukar pikiran dalam berbagai persoalan, dll. Nah, bagaimana jadinya jika sahabat kita adalah seorang yang “gila”?. Nggak akan nyambung. Iya nggak?
Maka, memilih sahabat yang berakal lebih diutamakan dan di nomor satukan. Ok!
2. Berakhlak mulia
Karena sahabat adalah cerminan kita, maka akhlak sangatlah berpengaruh dalam perubahan hidup kita. Jika sahabat kita berakhlak buruk, maka efek samping tersebut sedikit banyak akan kena juga kepada kita. Maka sungguh sabda Rasulullah dalam hal ini sesuai dengan
المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
3. Bertakwa.
Jika kita mengkatagorikan takwa, maka sudah barang tentu sahabat tersebut seorang yang beragama islam. Dan islam pun tidak menganjurkan pemeluknya untuk bersahabat dengan non-muslim, adapun sekedar bermuamalah dengan mereka maka tidak mengapa. Point ini sudah kita singgung di awal pembahasan.
4. Berpegang teguh dengan al-Quran dan Sunnah
Nah, berteman dengan orang yang ahli bid’ah dan fasiq juga sangat tidak di bolehkan dalam agama, terlebih jika dia orang yang fasiq dan kafir, maka larangan dalam hal ini sudah sangat jelas.
Sobat muda, memilih sahabat termasuk salah satu anjuran islam. Tidak ada hal yang samar dalam masalah ini. Telah banyak nash-nash yang menjelaskan tentang karakteristik sahabat sejati.
Perlu anda ingat, sahabat sejati yang berlandaskan lillah (karena Allah), ia akan kekal sampai hari akhir kelak. Allah akan melindungi persahabatan sejati ini dibawah lindungan-Nya, dimana tidak ada lindungan pada hari itu kecuali lindungan-Nya.
Semoga kita termasuk dari golongan tersebut. Sebelum kakak menutup tulisan ini, kakak ingin menutup dengan sebuah hadist yang semoga kita menjadi tenang dengannya,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ وَمِنْهُمْ: ...رَجُلاَنِ تَحَاباَّ فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وتَفَرَّقَا عَلَيْهِ...
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,” (di antara mereka) adalah: “... Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah dan berkumpul maupun berpisah juga karena-Nya....” (HR. Al-Bukhari (no. 660, 1423) dan Muslim (no. 1031) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.)
Cikarang, 26-November-2014
Saudaramu...
Hamdani Aboe Syuja’
Sumber: Majalah elfata, edisi 12, vol. 14/2014
0 komentar:
Posting Komentar