Tak pernah terbetik dalam
benak Romi untuk menjadi seorang muazin dan sebagai pelantun ayat suci
al-qur’an di kemudian hari. Hidupnya yang penuh glamour menjadikanya jauh dari robbnya.
Masa-masa di SD sampai SLTP
ia habiskan hanya untuk bersenang-senang. Dia ingin membuktikan pada
teman-temannya bahwa dialah orang yang hebat, dialah orang yang terkuat, dia
ingin menjadi yang terdepan dalam setiap perkelahian dan persengketaan, karena
jiwa remajanya begitu deras mengalir di setiap relung-relung kehidupannya.
Bermula dari masa
belajarnya di salah satu SDN kota palembang sampai kemudian melanjutkan SLTP di
sana. Romi sosok yang berambut gondrong dan mempunyai sifat yang tempera
mental, karena begitulah sifat kebanyakan orang-orang Palembang. Mudah marah.
Sedikit ada masalah langsung terjadi perang antar desa, sampai kemudian saling
membunuh.
*****
Semenjak
menduduki bangku kelas 6 SD, Romi telah
membentuk satu geng yang dimotorioleh
dirinya sendiri dan hanya beranggotakan 10 orang. Setiap berangkat ke sekolah
Romi dan teman-temannya selalu siap bersedia untuk membawa pisau atau senjata
tajam lainnya.
Sampai kemudian ia
melanjutkan studinya di SLTP kota Palembang tersebut, namun sifatnya belum
berubah sedikitpun. Bahkan di umur yang ke 15 tahun ini, di saat ia menduduki
bangku kelas 3 SLTP, Romi tumbuh sering berantem, baik perorangan atau antar
geng, dan itu bukan sesuatu yang asing lagi bagi dia.
**********************
Innan Nafsa
la’ammarotul Bissu’…
(Sesungguhnya jiwa itu selalu mendorong untuk berbuat amalan-amalan kejelekan).
Terlebih lagi bagi seorang Romi yang belum memiliki basic iman sedikitpun,
walaupun ia beragama islam, namun ia merasa begitu jauh dari ajaran-ajaran
islam.
Tahun 2006, tepatnya seminggu
setelah pengumuman kelulusannya di SMP, Ust.. Ilman (bukan nama asli) salah
seorang Ust.azd utusan salah satu pondok di Jogja yang sedang menjalani masa bhakti
pengabdiannya (magang, -pen) selama setahun di daerah tersebut. Ust.. Ilman
sering beberapa kali memperhatikan
kelakuan Romi dan gengnya, karena Romi termasuk salah satu murid ta'lim
Ust. Ilman, walau hanya beberapa kali pertemuan saja, karena paksaan dari orang
tuanya. Sedikitpun tidak tertarik bagi
Romi untuk mengikuti majelis-majelis ta’lim, kerjanya baca al-qur’an, dengar
muhodhoroh dan hal-hal yang semisal. Maka sudah lumrah pada umurnya yang ke 15
tahun ini dia belum bisa membaca al-qur’an walau hanya iqro'.
Prihatin.
Ya,
ada rasa prihatin dari seorang sosok Ust.. Ilman. Ia merasa kasihan melihat
tingkah polah Romi sehari-hari. Namun apa daya seorang Ust.
Ilman, selain hanya bisa berdo’a dan menyerahkan semuanya kepada yang maha
kuasa
*****
Tibalah pada suatu
hari…..
Hari dimana Romi harus
memilih, demi masa depannya yang hakiki. Ust. Ilman memanggil Romi untuk
berbicara sesaat namun serius, “ROMI DIMINTA BELAJAR KE PULAU JAWA”. Pondok
tempat belajar Ust.. Ilman setahun yang lalu.
Awalnya ada rasa ganjil
di lihat Romi, kalau ia menerima tawaran ini
takut dikatakan pengkhianat oleh teman-temannya. Tapi, kalau menolak
tawaran ini masa depannya suram, tak ada harapan-harapan.
Hati kecilnya ingin masuk
pondok dan mempelajari agama islam. Tapi di sisi lain ia juga ingin
menghabiskan massa remajanya bersama teman-temannya se-geng. Pada akhirnya
setelah memikirkan kembali tawaran Ust. Ilman ia pun memutuskan untuk menjadi
seorang santri di pondok nanti.
Setelah mengajukan
beasiswa kepada pesantren yang bersangkutan Romi pun berangkat dengan ditemani
Ust. Ilman karena masa pengabdiannya pun sudah berakhir tahun ini.
*****
“Alif”, “Ba”, Ta,”
“Sa,”……….
Mungkin demikianlah
gambaran di awal pembelajaran Iqro Romi di pesantren ini. Huruf demi huruf ia
baca walau dengan berbata-bata. Sembari di bimbing oleh kakak kelasnya yang sudah
2 tahun lebih lama mondok di pesantren ini, ia dengan semangat membacanya….
Hari berganti hari di
lewati Romi dengan belajar Iqro’, dengan penuh semangat dan tekad yang kuat. Ia
ingin sekali bisa membaca al-Qur’an layaknya teman-temannya yang lain. Pada
tahun ini umurnya sudah menapaki angka yang ke 16 tahun.
Hari, 27 Mei 2006……
Terjadi bencana alam yang menimpa
kota Jogjakarta dan sekitarnya. Gempa bumi berkekuatan. 6.5 SR. Meluluh
lantakkan bangunan-bangunan dan membunuh ribuan jiwa manusia, sekolahpun di
liburkan.
Hari ini……
Ia sudah bisa baca
al-qur’an namun takdir sudah ditentukan Romi harus pindah pondok, ke salah satu
pondok di kota S. Disana ia memperdalam ilmu agama dan mulai menghafal
surat-surat pendek pada juz 30, iapun masuk di kelas I’dad Lughawy (persiapan
bahasa arab, -pen). Saat ini ia sudah berusia 17 tahun. Mungkin ia terlihat
lebih dewasa dari teman-temannya yang masih berusia 15 tahun sampai 16 tahun.
*****
semenjak masuk ke pondok A di kota S. Romi
bertambah semangat dalam mempelajari ilmu agama seringkali ia membayangkan
masa-masa glamournya bersama teman-temannya 2 tahun yang lalu. Saat itu ia
tidak mengerti apapun tentang agama. Tak pernah terlontarkan satu ayat
al-Qur’an pun dari lisannya. Gelap. Menyeramkan. Kini, ia ia merasa lebih
berguna dari pada waktu itu, bagaimana dengan teman-temannya ??
Melihat semangat Romi di
kesehariannya, iapun dipilih auntuk menjadi muadzin tetap di pondok A, bersama
keempat temannya yang lain.
*****
Liburan akan tiba…..
Saat ini memasuki tahun
2009
Hasrat Romi untuk pulang kampung demi bertemu
dengan keluarga dan melepaskan rasa rindunya semakin membuncah. Maklum ia
seorang santri beasiswa yang tidak mungkin bisa pulang setiap menjelang liburan
layaknya siswa lainnya.
Liburan semester pada
tahun ini menjadi liburan pertama kali ia pulang kampung semenjak ia pergi ke
Jawa. Banyak mimpi-mimpiyang ingin di realisasikan selama di kampung. Tak
pernah terbesit dalam benak Romi 3 tahun
yang lalu ia akan menjadi seorang muazin dan pelantun ayat suci
Al-Qur’an sebagaimana hari ini. Liburan
pada tahun ini, menjadi liburan yang sangat mengesankan dalam goresan
sejarah hidupnya saat ia pulang kampung.
Romi di suruh untuk menjadi imam, mengajar anak-anak TPA dan akhlaknya pun jauh
lebih berbeda dari akhlak teman-teman se-gengnya dahulu. Saat ini umminya
merasa bahagia memiliki anak seperti Romi. Romi sekarang sudah hafal 4 juz
al-Qur’an.
*****
Satu nasehat yang ia
sampaikan kepada seluruh pembaca sobat fata, saat Romi menceritakan hal ini
kepada saya. “Memang hidayah itu sangat
berharga , sulit orang mendapatkannya, hanya orang-orang pilihan Allah lah yang
bisa menikmati hidayah Allah. Saya sering berpikir seandainya saya tidak di
beri hidayah oleh Allah untuk masuk pondok, akan jadi apa saya hari ini ??
Teman-teman se-geng saya dulu kini mereka lebih hancur. Bahkan mereka lebih
parah dari dahulu. Namun Allah masih menyayangi
saya dengan di masukkkan ke pondok ini”. “Alhamdulillah”, tuturnya
di akhir kata. Saat ini ia sedang melaksanakan masa bakti pengabdian (magang)
selama 1 tahun.
Semoga Allah memudahkan urusanmu wahai akhi …..di dunia
maupun di akherat kelak.
Pesantren Islam Alirsyad
30 October 2012
Abu syuja'
أبو
شجاع
0 komentar:
Posting Komentar