Tatkala manusia merasa senang dengan sesuatu. Dia pun akan menyayanginya
dan sangat mencintainya. Namun, Allah slalu memberi Ujian kepada
hamba-hamba-Nya untuk meguji kadar keimanannya. Banyak kisah yang mencatat akan
hal itu.
Kisah wanita sholehah dibawah ini, menjadi salah satu alur yang patut
kita telusuri di setiap relung-relungnya dan jadikan sebagai bahan renungan
dalam hidup kita.
Wahai Jiwa yang Nestapa. Dengarkanlah penuturan seorang ustadz dibawah
ini …
Annisah (bukan nama asli), wanita separuh baya ini memiliki tiga orang
adik dan seorang kakak laki-laki. Tatkala umurnya menapaki angka yang ke-18
tahun. Seorang ikhwan datang mempersuntingnya untuk menjadi istri serta ibu
dari anak-anaknya kelak.
Annisah sosok wanita yang cantik dan tertutup. Allah mengaruniainya untuk
belajar di salah satu Pondok ternama di nusantara ini. Pada saat berusia 15
tahun, Annisah sudah mampu menghafal separuh al-Qur’an, 15 Juz. Itulah salah
satu prestasi yang sangat dibangggakan oleh orang tuanya. Selain itu juga
selalu memasuki tiga besar dalam prestasi akademiknya. Orang tua Annisah sangat
menyayanginya lebih dari saudara-saudaranya yang lain.
Tatkala Akmal, ikhwan yang akan datang mempersunting Annisah, tepatnya
pada hari Senin, 20 November 2004, Annisah baru menyelesaikan masa
pengabdiannya (magang, -pen) di sebuah Pondok yang tak begitu jauh dari
rumahnya.
***
Hari Ahad, 26 Desember 2004 …….
Tepatnya sebulan setelah pernikahan Annisah dengan Akmal. Terjadilah
bencana alam yang menggemparkan seluruh negara-negara di dunia. Gempa dan
Tsunami Samudra Pasifik menimpa Nangroe Aceh Darussalam.
Banyak bantuan yang datang ke negeri yang berjulukan “Serambi Mekkah”
ini, baik dari luar maupun dalam negeri. Mulai dari bantuan moril maupun
materi. Banyak pula para da’i yang dikirim kesana.
***
Pagi Rabu, 27 Desember 2004, Annisah mendapatkan sebuah
panggilan dakwah dari seorang Ustadz untuk berangkat ke Aceh. Guna menjadi guru
pengajar disana.
Awalnya, Annisah sempat galau, resah karena baru menikah sebulan yang
lalu dan harus berpisah. Namun, setelah melaksanakan beberapa kali sholat
istikhoroh dan mendapat izin dari suami dan orang tuanya. Akhirnya ia pun
memutuskan untuk berangkat kesana dengan disertai dua temannya yang lain.
***
Memasuki tahun kedua, ia berada di Aceh…. Tepatnya pada tahun 2006. Dari
sinilah gemuruh ujian itu dimulai. Ia terindikasi mengindap sebuah penyakit
kronis, penyakit yang bisa membawa kepada kematian. Para dokter bersepakat belum ada obat untuk mengobatinya. Penyakit
leukimia, ya… Leukimia. Seperti yang dijelaskan bahwa penyakit leukimia
menyerang sel darah putih. Sel darah putih berguna untuk menjadi anti body,
tatkala sel darah putih habis akibat terserang leukimia, maka akan mudah
penyakit-penyakit yang lain bersarang di sekujur tubuh.
Annisah, seorang istri yang sholehah bagi suaminya dan sosok yang suka
berbakti kepada orang tuanya. Dia tidak tega mengabarkan kondisinya sekarang
ini kepada suami atau orang tuanya, takut akan meresahkan mereka yang berada di
Pulau Seberang sana. Ia memendamnya. Seorang diri, hanya dia dan ust. kazem
yang tau akan hal itu.
Suatu malam, jarum jam menunjukan pukul 14.00. Annisah berusaha menelfon
ust kazem, guru pengajiannya selama di jakarta. “ Assalamu’alaikum ustadz, ini
Annisah, ustadz ana terindikasi mengidap penyakit leukimia. Tolong jangan di
kabari kepada suami atau orang tua Annisah dulu ya”??, suara Annisah terdengar
begitu lirih di speaker telfon ust . kazem, samar –samar, sampai ust. Kazem pun
bertanya ulang,
“Wa’alaikumussalam
Anisah, Anissah bicara apa?? Suaranya terlalu pelan, ustadz nggak mendengarnya
dengan jelas”, Ustad kazem berusaha bertanya balik dengan nada yang tenang..
“Ustadz, ini
bukan Annisah lagi yang ngomong, tapi
perawat, suster di rumah sakit ini. Annisah teridap penyakit leukimia, ustad.
Dia berpesan supaya jangan mengabari suami atau orang tuanya dahulu, ya ??”
jelas suster tersebut.
Keesokan harinya……
Setelah semalam di hubungi oleh
Annisah dan seorang suster yang tak dikenalnya. Ustadz kazem dikagetkan dengan
banyaknya sms yang masuk ke handphonenya. Setelah dibuka satu-persatu, ternyata
semuanya bersumber dari annisah dengan bunyi yang sama,
“ Ustadz kazem ”
“ Ustadz kazem ”
“ Ustadz kazem ”
Sampai sekitar 15 sms bunyinya hanya “ ustadz kazem “. Ustadz kazem pun
hanya duduk termenung sesaat. Ada apa dengan Annisah??, kenapa dia mengirim sms
dengan teks yang sama??. Akhirnya ustadz Kazem pun memberanikan diri untuk
menelfonnya. Teryata yang mengangkat adalah umminya, “Ustadz… Allah telah
mencabut nyawa Annisah tadi malam jam 03.30 dirumah sakit. Saya membaca semua sms Annisah ke antum yang
isinya sama. Sebenarnya ada apa dengan Annisah ustadz?” Ummi Annisah bertanya
dengan nada yang dicampuri tangisan, terdengar begitu serak ditelinga Ust.
Kazem.
Ust. Kazem pun berusaha menjelaskan kronologi yang sebenarnya kepada Ummi
Annisah dengan penuh hati-hati, “Ummi, sebelumnya ana minta ma’af. Sebenarnya
Annisah mengidap penyakit leukimia yang baru terdeteksi pada umur dia yang ke –
20 tahun ini. Annisah nggak maw memberi tahu suami atau orang tuanya terlebih
dahulu. Dia tidak mau meresahkan orang lain, Ummi. Annisah Cuma cerita ke ana,
itupun pada malam terakhir sebelum Allah mengambil nyawanya. Ummi harus
bersabar ya, setiap manusia pasti akan diuji oleh Allah, tergantung kadar
keimanannya. Memang hidup ini tak semudah yang kita kira Ummi, kadang ada ombak
dan badai yang menghadang, Bahkan kenyataan hidup ini tak seindah yang kita
kira”, Ust. Kazem berusaha menghibur Ummi Annisah dengan panjang lebar.
Innalillaahi wainna ilaihi
rooji'un. Selamat jalan Annisah, semoga jasadnya diterima disi Allah ta'ala.
***
Begitulah alur kisah singkat perjalanan Annisah. Lihatlah betapa tegarnya
wanita sholehah ini. Ia rela meninggalkan suami dan orang tuanya demi
kepentingan Ummat. Diapun begitu tegar tatkala dokter memvonisnya bahwa belum
ditemukan obat untuk penyakit leukimia. Tak pernah sekali pun ia mengeluh
kepada suami atau umminya tentang hal itu.
Wahai sobat, ikhwan dan akhwat, Abi dan Ummi patutlah kita mengambil
petikan intisari hikmah dari kisah diatas.
*****
Pondok
Pesantren Islan Al-Irsyad
08/10/2012
Aboe
Syuja'
1 komentar:
masyaallah, kisah nyata yang sangat menggugah...
Posting Komentar