Rabu, 07 Januari 2015

, ,

Apakah islam mengajarkan toleransi?


“Saya punya teman baik banget. Cuman agamanya bukan islam. Sampai sekarang saya masih berteman dengannya. Gimana ustadz? Boleh ngak dalam islam seperti ini? Kan, katanya kita harus toleransi dalam beragama” Tanya salah seorang siswa kepada saya. Maka, akhi dan semua sobat fata inilah jawabannya. Bagaimanakah toleransi dalam islam?
---------------------------------------------------------

Yap, Sering kita mendengar ceramah dari sebagian orang yang katanya disebut dengan ulama, mereka menyerukan untuk bertoleransi dengan agama-agama yang lain. Bersikap lunak dan menghormati umat antar beragama. Namun bertolak dari itu semua, toleransi yang mereka ajarkan adalah tidak sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka mengartikan toleransi yaitu kaum muslimin ikut andil dalam beberapa ibadah-ibadah mereka, baik itu dengan mengucapkan “Selamat natal” pada hari natal mereka. Ataupun dengan mengucapkan “Selamat tahun baru” pada saat tahun baru masehi. Dan berbagai cara-lain dilakukan oleh mereka orang-orang non-muslim dan sebagian orang yang menganggap dirinya ulama untuk selalu dan  senantiasa toleransi dalam agama. Perlahan dan perlahan mereka menarik kita kedalam jurangnya, jurang kesyirikan.

Yap, why not?

Salah seorang mantan biarawati terkenal di negeri ini yang kemudian Allah memberinya hidayah dengan masuk islam, ia menyampaikan dalam sebuah ceramahnya “Orang-orang nashara sekarang sedang memberi umpan untuk kaum muslimin. Agar dengan umpan tersebut kaum muslimin bisa terpancing untuk mengikuti agama mereka. Ibaratnya ayam, jika diberi umpan, maka ia akan mendekat. Nah, umpannya apa? Yaitu dengan mengucapkan ‘selamat Idul Fitri’ pada saat hari raya idul fitri dan ‘selamat idul adha’ pada saat idul adha. Yang kemudian hari, orang-orang muslimin akan menyimpan sebuah image ‘meraka (nashara) aja ngucapi selamat hari raya kita, masak kita ngak ngucapin selamat buat mereka?’”.

Pertanyaannya, apakah sama ucapan selamat orang kafir untuk kaum muslimin dengan ucapan selamat kaum muslimin untuk kaum kuffar? Bagaimana islam mentolerirkannya?

Ok guys, 
Kita akan mengambil sebuah ilustrasi yang pernah terjadi di zaman Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Sobat pernah membaca surat alkafirun? Taukah artinya? Apakah sobat pernah membaca tafsir dari surat ini? Jika jawabannya belum tau, maka saya akan memberitahu anda bagaimana kronologi sampai ayat ini diturunkan. 

Dalam Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 14, hal. 425 disebutkan tentang sikap orang-orang kafir Quraiys yang datang menghadap Nabi –shallallahu’alaihi wasallam- dan menawarkan sikap toleransi mereka. Apa yang meraka katakan?

“يَا مُحَمَّدْ ، هَلُمَّ فَلْنَعْبُد مَا تَعْبُد ، وَتَعْبُدُ مَا نَعْبُدُ ، وَنَشْتَرِكُ نَحْنُ وَأَنْتَ فِيْ أَمْرِنَا كُلِّهِ ، فَإِنْ كَانَ الَّذِيْ جِئْتَ بِهِ خَيْرًا مِمَّا بِأَيْدِيْنَا ، كُنَّا قَدْ شَارِكْنَاكَ فِيْهِ ، وَأَخَذْنَا بِحَظِّنَا مِنْهُ . وَإِنْ كَانَ الَّذِيْ بِأَيْدِيْنَا خَيْرًا مِمَّا بِيَدِكَ ، كُنْتَ قَدْ شَرِكْتَنَا فِيْ أَمْرِنَا ، وَأَخْذتَ بِحَظِّكَ مِنْهُ
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (orang muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala amalan agama kita. Apabila ada dari sebagian agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebailiknya, apabila ada dari ajaran agama kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya”

Nah, apakah kemudian Rasulullah lansung menerima penawaran toleransi dari orang-orang Quraiys tersebut. Tentu jawabannya adalah Allah menurunkan surat Al-Kafirun, sebagai jawaban atas tawaran orang Quraiys tersebut’

قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ {1} لآَأَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ {2} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {3} وَلآَأَنَا عَابِدُ مَّاعَبَدتُّمْ {4} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {5} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ {6{
Katakanlah, “Wahai orang-orang kafir! (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2) Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. (3) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4) Dan kamu tidak pernah  menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (5) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (6)”. (QS. Al-Kafiruun: 1-6)

Jadi, bisa disimpulkan bahwa toleransi yang di tawarkan oleh orang non-islam itu tidak sama dengan toleransi yang diajarkan oleh islam. Islam mengajarkan berbuat baik dan salih kasih sayang kepada siapapun tapi tidak mengajarkan kepedulian dalam mengikuti ajaran mereka. 

ANTARA DUA WAJAH
Saya ingin menyajikan satu contoh konkrit dikehidupan bermasyarakat antar beragama, terutama di negara yang kita cintai ini. Perhatikan, di kalangan para remaja pra sekolah, mulai dari SD sampai tingkat jenjang paling tinggi  jenjang universitas. Yaitu persahabatan antar dua agama, si fulan A bergama islam dan si fulan B beragam non-islam. Dan ini menjadi satu paket yang tidak bisa dipungkiri, terutama di sekolah-sekolah umum. 

Nah, bagaimanakah islam memandangnya?
Maka saya ingin menjelaskan sedikit dari apa yang telah di jelaskan oleh para ulama, bahwa berteman dengan  dengan non-muslim hukumnya  adalah haram. Adapun berbuat baik dan bermuamalah dengan orang non-muslim  maka hal ini dicontohkan oleh Rasulullah. Karena Rasulullah juga pernah bermuamalah dengan orang yahudi dalam hal pegadaian baju besi dengan makanan. Aka tetapi Rasulullah tidak berteman (bersahabat) dengan mereka. Karena berteman hanya boleh dengan sesama muslim. Allah ta’ala telah berfirman

إِنّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al-Hujuraat : 10)
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya ketika berkomentar tentang ayat tersebut menyebutkan beberapa hadits, diantarany
المُسْلِمُ أَخُوْ المُسْلِم لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh mendhalimi dan membiarkannya (didhalimi)” [HR. Muslim, At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad]
Wallahuta'ala a'lam bisshowab

------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah el fata, edisi 5 vol. 14 tahun 2014

0 komentar: