Sering kita mendengar dan bahkan kita yang mengatakannya “Pinjamin ane uang dong!”
Lebih-lebih lagi bagi sebagian santri yang tinggal dipondok, selalu jika lagi diakhir bulan “minta pinjaman dengan harapan akan membayarnya di awal bulan nanti waktu kiriman datang”.
----------------------------------------------------------------------
Nah, apakah hutang itu dilarang dalam islam?, tentu jawabannya adalah tidak. Islam bahkan membolehkan bagi umatnya untuk berhutang, demi kemudahan seseorang disaat dalam kesulitan. Namun, yang harus diperhatikan adalah tidak membiasakan diri untuk berhutang. Belajarlah untuk bersabar dan menahan diri jika lagi dalam keadaan sulit. Berikut penulis akan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan masalah hutang yang harus kita perhatikan.
Sobat fata, kebiasaan berhutang membuat seseorang tertekan dalam hidupnya, lebih-lebih jika hutangnya sudah mulai menumpuk dan penghasilannya pun tidak mencukupi untuk pembayaran hutang. Maka hari-hari yang ia jalani pun penuh dengan kegalauan dan ketidaknyamanan. Orang yang berhutang akan merasa sangat malu jika bertemu dengan orang yang menghutanginya. Mungkin perasaan ini juga yang sering anda rasakan saat anda berhutang sama seseorang.
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pun pernah berhutang kepada salah satu orang yahudi yang belum sempat beliau lunasi sampai akhir hayatnya, kemudian hutangnya ditebus dengan baju besi Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Baju besi yang selalu beliau kenakan saat peperangan. Ini membuktikan kebolehan bagi kita untuk berhutang.
Sobat, ingatlah bahwa orang yang banyak hutang dan selalu dalam keadaan berhutang, ia akan sangat dibenci oleh siapapun, bahkan ia akan mendapatkan beberapa bencana yang sangat membayakan akan masa depan akhiratnya.
“Jenazahnya tidak dishalatkan”
Bencana pertama yang akan menimpa seorang yang berhutang adalah jenazahnya tidak dishalatkan. Satu contoh konkrit apa yang terjadi pada zaman Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-, seperti yang dikabarkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ -radhiallaahu 'anhu-, dia berkata “Kami duduk di sisi Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”. Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau menshalati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)
Akan ditunda masuk surga
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078.
Diakhirat seseorang yang masih belum melunasi hutangnya ia akan ditunda masuk surga, sampai ia melunasinya. Jika tidak maka pahala yang ia miliki akan diberikan kepada orang yang ia hutangi, kemudian jika ia tidak memiliki pahala maka dosa-dosa orang yang dihutangi itu akan diberikan kepada yang berhutang.
Perhatikan!!
Sungguh betapa ngerinya hutang. Terlebih jika belum sempat membayarnya sampai akhir hayat menjemput. Didunia sengsara, akhiratpun sengsara.
Sobat muda, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- selalu berlindung dari hutang setiap selesai shalat. Seperti yang dikabarkan dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- dalam sebuah hadist, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:
مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ.
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)
Termasuk dosa besar pula disaat seseorang suka berbohong dan selalu mengingkari janjinya. Maka orang yang berhutang dan selalu dalam hutangnya, ia akan mendapatkan dosa dan dosa. Maka, solusi terbaik adalah jauhilah sifat kebiasaan berhutang sekecil apapun. Selama engkau masih mampu, maka bersabarlah dan carilah solusi untuk selalu mendapatkan kebutuhan yang mencukupi kita.
Jika ada orang yang datang kepada anda, dan meminta untuk berhutang maka mudahkanlah ia, jika anda dalam kelapangan. Karena sifat inilah yang akan mencerminkan akhlak seorang muslim yang baik, yang selalu membantu saudarnya disaat dalam kesusahan. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
“Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebtu menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)
Wallahu a'lam bisshowab
---------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah el fata, rubrik fiqh for teens
0 komentar:
Posting Komentar