Kamis, 08 Januari 2015

, ,

Hari gini masih nyontek!


Disaat lagi kegiatan belajar mengajar di salah satu kelas, saya mengajukan pertanyaan kepada salah seorang siswa, tentang budaya menyontek yang sering terjadi di negeri kita ini. Dengan nada ceplosnya iapun mengatakan “Ustadz, ana paling nggak suka sama yang namanya nyontek. Hukumnya haram, ia lulus juga mendapatkan syahadatus zuur (Ijazah palsu). Dan nanti disaat ia melamar pekerjaan pun menggunakan syahadatus zuur, terus ia mendapatkan gaji dari hasil syahadatus zuur. Dan seterusnya, ia hidup dengan hal-hal yang haram. Wal iyadzubillah”..
------------------------------------------------------------

Yap, benarkah anggapan santri diatas?
Sobat Fata, Setiap tahun kita sering mendengar berita melalui media-media masa seperti koran, radio, televisi, dan media-media informasi lainnya yang mengabarkan tentang beberapa tempat atau instansi sekolah yang melakukan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN), itu fenomena yang sangat mencuat disetiap akhir tahun ajaran. Walaupun dibalik itu semua masih banyak kecurangan-kecurangan yang tidak diketahui oleh masa. Namun tahukah sobat hukum dari berbuat curang? Bagaimana kacamata syariat memandangnya. Apakah islam mengajarkan hal yang seperti ini. Jawabannya tentu tidak!. Mari kita telusuri bersama!

Curang dalam bahasa arab juga dikenal dengan Ghiys, dari asal kata ( غَشَّ يَغُشُّ غِشًّا ). Adapun Secara istilah, Al-Imam Al-Munawi berkata,
الغشّ ما يخلط من الرّديء بالجيّد
 “Apa-apa yang dicampur antara keburukan dengan kebaikan” (Lihat: kitab Tauqif 'ala muhimmat at-ta'riifat, Hlm. 252 )

Menyontek adalah salah satu katagori yang masuk dalam pengertian Ghiys atau curang. Menyontek terutama disaat ujian merupakan budaya yang sangat-sangat sering terjadi, mulai dari siswa-siswa sekolah dasar sampai ke jenjang mahasiswa kadang sering terjadi. 

Ancaman bagi orang-orang yang berbuat curang
Menyontek bukan budaya orang islam, hanya mereka yang lemah imannya dan kurang memahami akan hukum-hukum islam yang melakukannya. Dan ingatlah bahwa orang-orang yang berbuat kecurangan dalam melaksanakan urusannya akan mendapatkan ancaman dari Allah subhanahu wata'ala-, 
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa mencurangi kami maka bukan dari golongan kami” ( HR. Muslim , no. 146)

Saudaraku…
Maka sungguh nista jika masih didapatkan disekitar kita orang-orang yang suka berbuat curang, baik itu curang pada diri sendiri ataupun kepada orang lain yang bersifat sosial. Karena islam sangat mewanti-wanti umatnya dari kecurangan. 

Positif thinkig
Saudaraku…
Rasa percaya diri sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, karena jika dari pertama sudah merasa pesimis atau negative thinking dalam melaksanakan sebuah tugas, maka ia akan terkekang dengan alasannya itu rasanya berat, sulit, dan tidak akan timbul dalam dirinya rasa ingin berusaha sendiri, dan selalu bermalas-malasan. Namun, jika seseorang memandang sebuah persoalan itu mudah, maka yang sulit pun akan ia kerjakan dan akan menjadi mudah sesulit apapun persoalan tersebut.

Maka, cara pandang seseorang dalam menyelesaikan sebuah persoalan juga sangat tergantung dalam penyelesaian persoalannya. Jangan pernah merasa hebat, jika anda belum bisa menguasai diri anda untuk menjadi orang yang bisa positif thinking.

Begitu pula kecurangan akan muncul ketika seseorang sudah merasa negative thinking. Kita ambil contoh ketika pelaksanaan ujian, seseorang yang sudah merasa pesimis tidak bisa menjawab soal-soal ujian ia akan mengambil jalan pintas dengan menyontek. Dan akibatnya sangat-sangat fatal, si siswa tersebut bertambah malas dalam belajar dan kecurangan demi kecurangan bermunculan.

EFEK SAMPING DARI CURANG
Setiap Allah melarang suatu perkara, sudah barang tentu didalamnya terdapat efek samping dan mudharat yang sangat besar. Begitu pula dengan tindak kecurangan, dan diantara efek yang timbul akibat dari ghiys atau curang:

- Merugikan diri sendiri dan orang lain
Yap, setelah sobat menghabiskan waktu berbulan-bulan buat belajar, dengan niat lurus ingin mendapatkan ilmu yang banyak. Tapi, nihil. Ternyata diakhir masa belajar ia berbuat curang dalam melaksanakan ujian. Dan sudah barang tentu orang seperti ini tidak pernah belajar. Padahal  Rasulullah bersabda, 
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيْمِ -رواه البخاري-
Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan (seorang hamba) itu tergantung pada amalan-amalan penutupnya.” (HR. Imam Al-Bukhari).

- Menimbulkan kemurkaan Allah
Sobat, hal ini jelas. Dan untuk semua kecurangan yang dilakukan oleh seorang hamba akan mendapat balasannya yang setimpal. Baik, akan dibalas dengan kebaikan. Jelek, maka akan dibalas dengan kejelekan pula. “Balasan sesuai dengan jenis perbuatan” sabda Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. Ketika seorang hamba berbuat curang, maka Allah akan membalasnya dengan dosa kecurangnya tersebut. 

- Membuat seseorang malas dalam belajar dan selalu berpikiran sempit
Ini faktor yang sangat jelas, ketika seorang siswa sudah terbiasa dengan kelakuan menyonteknya ini, maka yang ada dalam pikirannya adalah “Ah, ngapain belajar, paling nanti juga dapat contekan dari fulan!”. Pola pikiran seperti ini, jika terus-menerus dibiarkan tersimpan didalam memori seseorang, maka akan menjadikan si siswa ini tidak termotivasi untuk giat belajar. Dan tidak ada usaha sedikitpun yang ia kerjakan untuk mencapai tujuannya.

Allah sudah memberikan kita akal dan fisik yang sehat, maka gunakanlah pemberian Allah tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena semoa orang punya kesempatan dan potensi untuk mejadi yang terbaik.

Jangan seperti mereka!!
Sobat fata…
Apalah gunanya jika kita bersungguh-sungguh dalam belajar namun diakhirnya kita memutuskan untuk menyontek disaat ujian. Sangat krusal jika ada siswa yang mengatakan “Si fulan aja nyontek, masa saya ngak boleh!”.

Sobat, tahukah engkau siapa yang selalu mengawas kita, gurukah? Atau Allah yang Maha diatas?. Jawabannya kedua-duanya, namun penjagaan Allah akan selalu menyertai kita baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan. Apakah kita hanya takut kepada guru yang mengawasi kita ataukah kepada Allah yang selalu mengawasi kita?, tentu jawaban seorang mukmin yang sejati adalah penjagaan Allah lebih kita takutkan. Maka ambillah keputusan dari sekarang, katakanlah “Tidak!!” untuk berbuat curang, cam kan dalam hatimu.

Jangan seperti mereka, orang-orang yang menyontek dan berbuat kecurangan. Apakah anda mau jika mereka diazab dengan azab Allah, kamu juga mau diazab? Apakah jika murka Allah menimpa mereka, kamu juga mau dimurkai oleh Allah?. Tentu tidak. Tidak ada yang ingin dirinya dimurkai oleh Allah –subhanahu wata’ala-. Maka, kerjakan semampu anda, walaupun terkadang semua persoalan tidak bisa anda selesaikan dengan sempurna, tapi anda merasa bangga, karena semua yang anda kerjakan adalah dari hasil jerih payah anda sendiri.

Sob, sebelum berakhir saya ingin menegaskan, bahwa apa yang diungkapkan oleh santri diatas merupakan kebenaran dan hal ini pula senada dengan apa yang diungkapkan oleh Syaikh Shalih Ibnu Utsaimin dalam fatwanya.

Sobat, Mungkin kita sering menyaksikan fenomena-fenomena kecurangan dalam ruang lingkup kita sendiri, saat ujian dikelas, saat mengikuti musabaqah atau disaat yang lain. Termasuk didalamnya juga adalah curang dalam  perkara-perkara yang lain.  Maka, ingatlah! Bahwa yang anda lakukan adalah haram.  

قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : " الغِشُّ فِي الاِمْتِحَانَاتِ مُحَرَّمٌ ، بَلْ مِنْ كَبَا ئِرِ الذُّنُوْبِ ، لاَ سِيَّمَا وَأَنَّ هَذَا الغِشَّ يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ أَشْيَاءَ فِيْ المُسْتَقْبَلِ : يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ الرَّاتِب ، والمَرْتَبَةُ ، وَغَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا هُوَ مَقْرُوْنٌ بِالنَّجَاحِ " (فتاوى نور على الدرب" (24/ 2(
“Kecurangan disaat ujian hukumnya adalah haram. Bahkan masuk dalam katagori dosa-dosa besar. Apalagi seseorang berbuat curang yang menyangkut dengan perkara-perkara masa depan: menyangkut dengan gaji dan kedudukannya dan segala sesuatu yang menyebabkan kelulusannya ” (Lihat: Fatawa nuurun 'ala ad-darb. Jilid 2, hlm. 24)
Waallahu a'lam bisshowa

-------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Tulisan ini termotivasi dari ujian santri, sebagai bentuk nasehat untuk mereka
Continue reading Hari gini masih nyontek!

Rabu, 07 Januari 2015

, ,

Terlilit Hutang


Sering kita mendengar dan bahkan kita yang mengatakannya “Pinjamin ane uang dong!”
Lebih-lebih lagi bagi sebagian santri yang tinggal dipondok, selalu jika lagi diakhir bulan “minta pinjaman dengan harapan akan membayarnya di awal bulan nanti waktu kiriman datang”.
----------------------------------------------------------------------

Nah, apakah hutang itu dilarang dalam islam?, tentu jawabannya adalah tidak. Islam bahkan membolehkan bagi umatnya untuk berhutang, demi kemudahan seseorang disaat dalam kesulitan. Namun, yang harus diperhatikan adalah tidak membiasakan diri untuk berhutang. Belajarlah untuk bersabar dan menahan diri jika lagi dalam keadaan sulit. Berikut penulis akan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan masalah hutang yang harus kita perhatikan.

Sobat fata, kebiasaan berhutang membuat seseorang tertekan dalam hidupnya, lebih-lebih jika hutangnya sudah mulai menumpuk dan penghasilannya pun tidak mencukupi untuk pembayaran hutang. Maka hari-hari yang ia jalani pun penuh dengan kegalauan dan ketidaknyamanan. Orang yang berhutang akan merasa sangat malu jika bertemu dengan orang yang menghutanginya. Mungkin perasaan ini juga yang sering anda rasakan saat anda berhutang sama seseorang.

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pun pernah berhutang kepada salah satu orang yahudi yang belum sempat beliau lunasi sampai akhir hayatnya, kemudian hutangnya ditebus dengan baju besi Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Baju besi yang selalu beliau kenakan saat peperangan. Ini membuktikan kebolehan bagi kita untuk berhutang. 

Sobat, ingatlah bahwa orang yang banyak hutang dan selalu dalam keadaan berhutang, ia akan sangat dibenci oleh siapapun, bahkan ia akan mendapatkan beberapa bencana yang sangat membayakan akan masa depan akhiratnya. 

“Jenazahnya tidak dishalatkan”
Bencana pertama yang akan menimpa seorang yang berhutang adalah jenazahnya tidak dishalatkan. Satu contoh konkrit apa yang terjadi pada zaman Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-, seperti yang dikabarkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ -radhiallaahu 'anhu-, dia berkata “Kami duduk di sisi Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?”. Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau menshalati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)

Akan ditunda masuk surga
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. 

Diakhirat seseorang yang masih belum melunasi hutangnya ia akan ditunda masuk surga, sampai ia melunasinya. Jika tidak maka pahala yang ia miliki akan diberikan kepada orang yang ia hutangi, kemudian jika ia tidak memiliki pahala maka dosa-dosa orang yang dihutangi itu akan diberikan kepada yang berhutang. 

Perhatikan!!
Sungguh betapa ngerinya hutang. Terlebih jika belum sempat membayarnya sampai akhir hayat menjemput. Didunia sengsara, akhiratpun sengsara. 

Sobat muda, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- selalu berlindung dari hutang setiap selesai shalat. Seperti yang dikabarkan dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- dalam sebuah hadist, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:

مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟ 
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ.
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)

Termasuk dosa besar pula disaat seseorang suka berbohong dan selalu mengingkari janjinya. Maka orang yang berhutang dan selalu dalam hutangnya, ia akan mendapatkan dosa dan dosa. Maka, solusi terbaik adalah jauhilah sifat kebiasaan berhutang sekecil apapun. Selama engkau masih mampu, maka bersabarlah dan carilah solusi untuk selalu mendapatkan kebutuhan yang mencukupi kita.

Jika ada orang yang datang kepada anda, dan meminta untuk berhutang maka mudahkanlah ia, jika anda dalam kelapangan. Karena sifat inilah yang akan mencerminkan akhlak seorang muslim yang baik, yang selalu membantu saudarnya disaat dalam kesusahan. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
“Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebtu menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)
Wallahu a'lam bisshowab

---------------------------------

Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah el fata, rubrik fiqh for teens
Continue reading Terlilit Hutang
, ,

Apakah islam mengajarkan toleransi?


“Saya punya teman baik banget. Cuman agamanya bukan islam. Sampai sekarang saya masih berteman dengannya. Gimana ustadz? Boleh ngak dalam islam seperti ini? Kan, katanya kita harus toleransi dalam beragama” Tanya salah seorang siswa kepada saya. Maka, akhi dan semua sobat fata inilah jawabannya. Bagaimanakah toleransi dalam islam?
---------------------------------------------------------

Yap, Sering kita mendengar ceramah dari sebagian orang yang katanya disebut dengan ulama, mereka menyerukan untuk bertoleransi dengan agama-agama yang lain. Bersikap lunak dan menghormati umat antar beragama. Namun bertolak dari itu semua, toleransi yang mereka ajarkan adalah tidak sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka mengartikan toleransi yaitu kaum muslimin ikut andil dalam beberapa ibadah-ibadah mereka, baik itu dengan mengucapkan “Selamat natal” pada hari natal mereka. Ataupun dengan mengucapkan “Selamat tahun baru” pada saat tahun baru masehi. Dan berbagai cara-lain dilakukan oleh mereka orang-orang non-muslim dan sebagian orang yang menganggap dirinya ulama untuk selalu dan  senantiasa toleransi dalam agama. Perlahan dan perlahan mereka menarik kita kedalam jurangnya, jurang kesyirikan.

Yap, why not?

Salah seorang mantan biarawati terkenal di negeri ini yang kemudian Allah memberinya hidayah dengan masuk islam, ia menyampaikan dalam sebuah ceramahnya “Orang-orang nashara sekarang sedang memberi umpan untuk kaum muslimin. Agar dengan umpan tersebut kaum muslimin bisa terpancing untuk mengikuti agama mereka. Ibaratnya ayam, jika diberi umpan, maka ia akan mendekat. Nah, umpannya apa? Yaitu dengan mengucapkan ‘selamat Idul Fitri’ pada saat hari raya idul fitri dan ‘selamat idul adha’ pada saat idul adha. Yang kemudian hari, orang-orang muslimin akan menyimpan sebuah image ‘meraka (nashara) aja ngucapi selamat hari raya kita, masak kita ngak ngucapin selamat buat mereka?’”.

Pertanyaannya, apakah sama ucapan selamat orang kafir untuk kaum muslimin dengan ucapan selamat kaum muslimin untuk kaum kuffar? Bagaimana islam mentolerirkannya?

Ok guys, 
Kita akan mengambil sebuah ilustrasi yang pernah terjadi di zaman Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Sobat pernah membaca surat alkafirun? Taukah artinya? Apakah sobat pernah membaca tafsir dari surat ini? Jika jawabannya belum tau, maka saya akan memberitahu anda bagaimana kronologi sampai ayat ini diturunkan. 

Dalam Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 14, hal. 425 disebutkan tentang sikap orang-orang kafir Quraiys yang datang menghadap Nabi –shallallahu’alaihi wasallam- dan menawarkan sikap toleransi mereka. Apa yang meraka katakan?

“يَا مُحَمَّدْ ، هَلُمَّ فَلْنَعْبُد مَا تَعْبُد ، وَتَعْبُدُ مَا نَعْبُدُ ، وَنَشْتَرِكُ نَحْنُ وَأَنْتَ فِيْ أَمْرِنَا كُلِّهِ ، فَإِنْ كَانَ الَّذِيْ جِئْتَ بِهِ خَيْرًا مِمَّا بِأَيْدِيْنَا ، كُنَّا قَدْ شَارِكْنَاكَ فِيْهِ ، وَأَخَذْنَا بِحَظِّنَا مِنْهُ . وَإِنْ كَانَ الَّذِيْ بِأَيْدِيْنَا خَيْرًا مِمَّا بِيَدِكَ ، كُنْتَ قَدْ شَرِكْتَنَا فِيْ أَمْرِنَا ، وَأَخْذتَ بِحَظِّكَ مِنْهُ
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (orang muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala amalan agama kita. Apabila ada dari sebagian agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebailiknya, apabila ada dari ajaran agama kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya”

Nah, apakah kemudian Rasulullah lansung menerima penawaran toleransi dari orang-orang Quraiys tersebut. Tentu jawabannya adalah Allah menurunkan surat Al-Kafirun, sebagai jawaban atas tawaran orang Quraiys tersebut’

قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ {1} لآَأَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ {2} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {3} وَلآَأَنَا عَابِدُ مَّاعَبَدتُّمْ {4} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {5} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ {6{
Katakanlah, “Wahai orang-orang kafir! (1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2) Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. (3) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4) Dan kamu tidak pernah  menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (5) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (6)”. (QS. Al-Kafiruun: 1-6)

Jadi, bisa disimpulkan bahwa toleransi yang di tawarkan oleh orang non-islam itu tidak sama dengan toleransi yang diajarkan oleh islam. Islam mengajarkan berbuat baik dan salih kasih sayang kepada siapapun tapi tidak mengajarkan kepedulian dalam mengikuti ajaran mereka. 

ANTARA DUA WAJAH
Saya ingin menyajikan satu contoh konkrit dikehidupan bermasyarakat antar beragama, terutama di negara yang kita cintai ini. Perhatikan, di kalangan para remaja pra sekolah, mulai dari SD sampai tingkat jenjang paling tinggi  jenjang universitas. Yaitu persahabatan antar dua agama, si fulan A bergama islam dan si fulan B beragam non-islam. Dan ini menjadi satu paket yang tidak bisa dipungkiri, terutama di sekolah-sekolah umum. 

Nah, bagaimanakah islam memandangnya?
Maka saya ingin menjelaskan sedikit dari apa yang telah di jelaskan oleh para ulama, bahwa berteman dengan  dengan non-muslim hukumnya  adalah haram. Adapun berbuat baik dan bermuamalah dengan orang non-muslim  maka hal ini dicontohkan oleh Rasulullah. Karena Rasulullah juga pernah bermuamalah dengan orang yahudi dalam hal pegadaian baju besi dengan makanan. Aka tetapi Rasulullah tidak berteman (bersahabat) dengan mereka. Karena berteman hanya boleh dengan sesama muslim. Allah ta’ala telah berfirman

إِنّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al-Hujuraat : 10)
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya ketika berkomentar tentang ayat tersebut menyebutkan beberapa hadits, diantarany
المُسْلِمُ أَخُوْ المُسْلِم لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh mendhalimi dan membiarkannya (didhalimi)” [HR. Muslim, At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad]
Wallahuta'ala a'lam bisshowab

------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah el fata, edisi 5 vol. 14 tahun 2014
Continue reading Apakah islam mengajarkan toleransi?
,

Dibalik waktu shubuh


“Allahu akbar Allahu akbar”
“Allahu akbar Allahu akbar”
Suara azan mengalun disetiap sudut, pelosok nusantara. Angin pagi masih sayup-sayupan. Sinar merah diufuk timur, memanjang selaras garis horizontal. Fajar shodiq. Pertanda masuk waktu subuh. Kaum muslimin yang imannya melekat dalam kalbunya merasa terpanggil oleh jamuan Allah berupa sholat berjama’ah dimesjid. Ironisnya, sebagian yang lain memilih melanjutkan tidurnya, mematuhi nasehat setan “malam masih panjang”, bisik setan ditelinganya. 

WAKTU SUBUH
Kenapa sih waktu subuh terdengar begitu sakral? Sebenarnya apa sih yang membuatnya tampil beda daripada waktu-waktu lainnya?
Nah, inilah yang menjadi pokok pembahasan kita kali ini. Ada beberapa amalan yang disyariatkan diwaktu ini, namun sebagian kita masih belum mengamalkannya.
What is it?
Yups, lanjut!!

1. Waktu subuh
Banyak orang yang merasa sulit bangun diwaktu tersebut. Termasuk sebagian sobat muda muslim. What happen? Emangnya kenapa sih?. Padahal Rasulullah bersabda,
الَّلهُمَّ بَاركْ أُمَّتِيْ فِيْ بُكوْرِهَا
“YaAllah, berkahilah ummatku pada waktu paginya”  
Pasti ada rahasia terselubung dibalik doa Rasulullah diatas, “Yaa Allah berkahilah ummatku diwaktu paginya”.

Kalimat Bukuran (بُكُوْرًا) mengandung makna: “waktu yang menyingsing lebih awal, sebelum terbitnya matahari” 

Banyak manfaat yang dapat kita dapatkan diwaktu subuh, baik dari segi diniyyah maupun dari segi medis. Dari segi medis, misalnya apa yang diungkapkan oleh Abdul Hamid Dayyab, penulis buku: Fenomena temuan medis (dalam kajian al-quran), bahwa “Gas ozon (o3) mencapai kadar tertinggi pada saat fajar (subuh) dan seterusnya menurun secara bertahap sampai tingkat terendah ketika matahari terbit. Gas ozon memberikan pengaruh positif terhadap sel-sel syaraf, melancarkan proses kerja otak dan otot dimana puncak produktivitas manusia terjadi pada pagi hari”.

Yap, bagi sebagian sobat muda, mungkin terasa sulit untuk bangun diwaktu shubuh. Solusi sebenarnya hanya satu, mengubah pola tidur. Misalkan, mau bangun jam 04.00, maka mulai tidur jam 22.00. jadi sobat bisa istirahat selama 6 jam. Adapun jika mau ikut saran medis tidur selama 8 jam dalam sehari, maka lansung tidur jika semua kegiatan malam sudah selesai.

2. Sholat sunnah dua rakaat,
Alasan yang kedua, kenapa waktu subuh memiliki banyak manfaat. Karena didalamnya pula disunnahkan shilat 2 rakaat yang ganjarannya lebih baik daripada dunia dan seisinya. Seperti yang disebutkan dalam sabdanya,

رَكْعَتَانِ قَبْلَ الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sebelum terbit fajar (shubuh, itu lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR. Muslim no. 725)

Terasa ringan, mudah dilafadzkan. Bahkan mungkin berulang-ulang terdengar ditelinga kita. Tapi sulit dalam perealisasiannya. Padahal kita tau bahwa ilmu yang tidak diamalkan, bagai pohon yang tidak berbuah.

3. Sholat shubuh dan fadhilah shof awal
Terdapat dalam satu hadist yang menjelaskan tentang fadhilah sholat shubuh dan shof awal. Rasulullah bersabda,

لَوْيَعْلَمُوْنَ مَافِيْ العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَوْيَعْلَمُوْنَ مَافِيْ الصَّفِّ المُتَقَدَّمِ لَاسْتَهَمُوْا
“Seandainya manusia mengetahui (keutamaan) yang terdapat dalam sholat ‘isya dan sholat shubuh, niscaya mereka akan mendatanginya walau harus merangkak. Dan seandainya pula mereka mengetahui (keutamaan) yang terdapat pada shaf awal, niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam redaksi yang berbeda, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- juga bersabda,
مَنْ صَلَّى البَرْدَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ
“Barangsiapa yang melaksanakan sholat di dua waktu dingin, (maka) akan masuk syurga” (HR. Muttafaqun ‘Alaihi)

Al-hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam kitabnya Fathul Baari, mengenai hadist diatas “Maksudnya (sholat di 2 waktu dingin) adalah sholat fajar (shubuh) dan sholat ‘Ashar. Dan Al-khotthobi juga berkata: dinamakan bardain, karena keduanya dilakukan pada waktu dingin atau sejuk, yaitu dikedua penghujung siang ketika hawa sejuk dan panas hilang”.

Selanjutnya hal kedua disebutkan dalam hadist diatas adalah “Seandainya manusia mengetahui (keutamaan) yang terkandung dalam shof awal, niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya”

Yap, disinilah terletak maziyah ummat Nabi Muhammad dan tak pernah didapatkan oleh ummat-ummat nabi sebelumnya. Keutamaan yang diberikan kepada ummat Nabi Muhammadmelebihi ummat-ummat sebelumnya. Bahkan diceritakan para ulama salaf terdahulu sangat memperhatika tentang shof awwal, bahkan diantara mereka ada yang tidak pernah ketinggalan shof awal selama 40 tahun.

4. Berdiam di mesjid sampai matahari terbit
Kalo kita mau menilik keruang lingkup yang basicnya pendidikan, misalnya dipondok-pondok pesantren hal semacam ini diwajibkan bagi seluruh pelajar ato santri. Karena kenapa? Pahala dan keutamaan yang terkandung didalamnya sangatlah agung. Seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-,

منْ صَلىَّ الغَدَاةَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُاللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَل رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرٍ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa melaksanakan shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian dia tetap duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat sunnah dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umroh, sempurna, sempurna, sempurna” (HR. Tirmidzi no. 586)

BURUAN!
Nah, tentu sobat muda tidak akan mau jika julukan “munafiqun” kepada kita kan?. Solusi efektifnya adalah dengan melaksanakan seluruh amalan yang sudah disyariatkan kepada kita, termasuk sholat shubuh salah satunya. What? Kok gitu? Kenapa munafiq?.

Karena diantara cirri-ciri orang munafiq yang dikabarkan oleh rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah mereka meninggalkan sholat ‘isya dan sholat shubuh dan hanya sholat pada 3 waktu saja, dhuhur, ‘ashar dan magrib..

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: “Shalat terberat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan subuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak .” (HR. Ahmad)

Karena orang-orang munafiq memperlihatkan kebaikan mereka dihadapan Rasulullah dan menyembunyikannya dibekang Rasulullah. Dan pada masa Rasulullah pula tidak terdapat penerang yang bisa nmenerangi seluruh ruangan, seperti listrik yang ada pada masa sekarang. Jadi orang-orang munafiq lebih memilih sholat diwaktu terang, seperti dhuhur dan ‘ashar supaya orang-orang bisa melihatnya dan menganggap mereka baik, padahal hati mereka busuk. Itulah orang munafiq.

Nah, tentu sobat fata tidak akan mau dikatakan sebagai seorang munafiq. Makanya bangun, laksanakan sholat shubuh dan mulai berbenah dari sekarang untuk masa depan yang lebih baik. Tinggalkan masa lalu, dan bertobat kepada Allah jika pernah meninggalkan sholat shubuh. Ok! Salam ukhuwwah fillah

-------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah elfata, edisi 11 vol. 13 tahun 2013
Continue reading Dibalik waktu shubuh

Selasa, 06 Januari 2015

, ,

Menggapai Ridho Allah Dihari Kemulian (Keutamaan hari jum'at)


Suatu hari dimana Nabi adam, Abul basyar diciptakan dan diwafatkan. Hari dimana Nabi Adam dimasukkan dalam syurga dan diturunkan kedunia. Pada hari itu pula hari kiamat ditegakan. Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda, “Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim no )

Dan hari yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan, yang terus berulang setiap satu hari dalam satu pekan. Hari dimana kaum muslimin berkumpul bersama untuk mengingat zat yang maha esa. Hari itu adalah hari lebaran kaum muslimin setiap pekannya. Itulah hari jum'at. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya saat ini adalah hari yang dijadikan oleh Allah sebagai hari raya untuk kalian. Karena itu, mandilah dan kalian harus menggosok gigi.”

SUNNAH-SUNNAH DI HARI JUM'AT
- Membaca al-kahfi
Mambaca surat al-kahfi pada hari jum'at merupakan salah satu faktor untuk tidak bertemu dengan Dajjal pada hari kiamat dan juga sebagai penerang bagi seorang hamba dihari kiamat kelak.
Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal” (HR. Muslim, no. 809)

Dan Surat al-kahfi juga salah satu sebab Allah menerangkan kuburannya kelak. Rasulullah bersabda,  "Barang siapa membaca Surat al-Kahfi pada hari Jum'at, maka Alloh akan meneranginya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Baihaqi, 3249. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2/368)

- Mandi dan melaksanakan sholat jum'at
Rasulullah menekankan dalam sabdanya tentang hukum mandi pada saat ingin melaksakan sholat jum'at
“Mandi pada hari Jum’at itu wajib bagi setiap orang yang sudah baligh. Dan hendaklah dia menyikat gigi serta memakai wewangian jika punya” (Shahih: diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 880 dan Muslim no. 846)

- Memperbanyak Doa
Pada hari jum'at terdapat waktu-waktu di istijabahnya doa, diantaranya adalah diantara dua khutbah, disaat sujud, di waktu dhuha dan 'ashar jum'at. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-, “Pada hari itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim shalat berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (HR. Bukhari no. 893 dan Muslim no. 852)

Hadits ini berkaitan dengan salah satu keutamaan hari Jum’at di mana pada hari tersebut Allah akan mengabulkan doa orang yang meminta kepada-Nya. Doa yang dipanjatkan pada saat itu mustajab (mudah dikabulkan) karena bertepatan dengan waktu pengabulan doa. 

SYARIAT KETIKA SHALAT JUM'AT
- Diam ketika sang khatib berkhutbah
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu, lalu memperbagus wudhunya kemudian ia mendatangi (Sholat) Jum’at, kemudian (di saat khutbah) ia betul-betul mendengarkan dan diam, maka dosanya antara Jum’at saat ini dan Jum’at sebelumnya ditambah tiga hari akan diampuni. Dan barangsiapa yang bermain-main dengan tongkat, maka ia benar-benar melakukan hal yang batil (lagi tercela) ” (HR. Muslim no. 857)

- Memilih pakaian yang bagus
Hal ini kita lakukan setiap mau melaksanakan sholat dan setiap memasuki mesjid, karena kita akan bermunajat kepada Rabb yang menciptakan hari jum'at. Allah berfirman
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al A’raf: 31).

- Bersegera ke mesjid
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jumat, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Al-Jumuah: 9)
Dan telah banyak hadist-hadist yang menjelaskan tentang keutamaan bersegera menuju mesjid pada hari jum'at.

- Melaksanakan sholat tahiyatul masjid (2 rakaat ketika masuk mesjid)
Dari Abu Qatadah radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.” (HR. Bukhari no. 537 dan Muslim no. 714)

- Bersiwak serta memakai wangi-wangian
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seseorang mandi dan bersuci semampunya pada hari Jum’at, memakai minyak rambut atau memakai minyak wangi di rumahnya kemudian keluar lalu dia tidak memisahkan antara dua orang (dalam shaff) kemudian mengerjakan shalat dan selanjutnya dia diam (tidak berbicara) jika khatib berkhutbah, melainkan akan diberikan ampunan kepadanya (atas kesalahan yang terjadi) antara Jum’atnya itu dengan Jum’at yang berikut-nya.” (shahih: diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 883)

PERHATIKAN!!!
- Tidak boleh mengkhususkan hari jum'at kecuali sesuai tuntunan!!
Ada satu hal yang harus kita perhatikan ketika hari jum'at menyapa kita, yaitu dilarangnya mengkhususkan hari jum'at sebagai hari-hari tertentu untuk beribadah tidak dibolehkan dalam agama, misalnya mengkhususkannya untuk berpuasa pada siangnya dan sholat lail pada malamnya. Akan tetapi jika berkelanjutan dari hari kemarin, maka tidak mengapa untuk melanjutkannya pada hari jum'at.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat tertentu dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa kecuali jika bertepatan dengan puasa yang mesti dikerjakan ketika itu.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang sependapat dengan mereka mengenai dimakruhkannya mengerjakan puasa secara bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan jika puasa tersebut adalah puasa yang bertepatan dengan kebiasaannya, atau ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya, atau bertepatan dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta kesembuhan dari penyakitnya.” (Lihat: syarh shahih muslim, 8/19)

Pembaca yang senantiasa dalam lindungannya...
Setiap pekan kita akan melewati hari jum'at. Namun, apakah yang telah kita amalkan dari sunnah-sunnah Nabi pada hari jum'at. Islam telah meletakkan dasar-dasarnya kepada pemeluknya, adakah yang mau mengamalakan dari sunnah-sunnahnya?.

Jangan menunggu jum'at depan, jangan pernah menunda waktu. Kerjakan hari ini, hari jumat........
Wallahu a'lam bisshowab

--------------------------------------
Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Majalah elfata, edisi 02, vol. 04, tahun 2014. Dengan judul "Gapai mulia di hari jum'at"
Continue reading Menggapai Ridho Allah Dihari Kemulian (Keutamaan hari jum'at)
,

About Sahur

“Nduk, bangun!! Sahur. Nanti keburu fajar...” Suara perhatian sang ibu di sepertiga malam terakhir, membangunkan anak kesayangannya..
“Aduuh, masih ngantuk bu ”
“Ga bu, aku ga mau sahur. Udah kenyang...”
Dan jawaban-jawaban serupa yang sering diucapkan kawula saat sang ibu membangunkannya untuk sahur.
------------------------------

Sebentar lagi kita akan menyambut bulan Romadhan, yaitu bulan yang kita tunggu-tunggu dan ditunggu-tunggu oleh semua kaum muslimin di seluruh penjuru jagat raya ini. Bulan yang didalamnya disyariatkan ibadah puasa bagi seluruh kaum muslimin. Nah, pada edisi kali ini kakak akan mengupas sedikit seputar “sahur”. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, setiap disebutkan kata puasa pasti tersemat didalamnya kata sahur.

Dahulu, kaum salaf sejak enam bulan menjelang bulan Ramadhan sudah bersiap-siap menyambutnya dan selalu melazimkan pada setiap doanya dengan,

اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا إِلىَ رَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لَنَا وَتَسْلِمِةً مِنَّا مُتَقَبَّلاً يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah sampaikanlah kami kepada romadhan dan sampaikanlah romadhan kepada kami dan muluskanlah bagi kami dengan terkabulnya wahai yang maha pengasih”

APA ITU SAHUR?
Dalam bahasa arab (السَّحُوْرُ) dengan menfathahkan huruf siin adalah benda yang digunakan untuk makan atau diminum diwaktu sahur (objek). Adapun (السُّحُوْرُ) dengan mendhommahkan hurufsiin adalah perbuatan makan sahur (predikat).(An-nihayah: 2/347)

KENAPA HARUS SAHUR?
lebih kurang ada dua jawaban untuk menjawab pertanyaan diatas,
-Sahur merupakan pembeda dengan kaum yahudi.
Tidak dipungkiri lagi bahwa umat-umat sebelum kita juga memiliki syariat yang dibebankan kepada mereka, salah satunya adalah puasa. Namun yang membedakan antara puasa kita dengan puasa kaum yahudi adalah terletak pada pelaksanaan sahur. Orang-orang yahudi berpuasa, namun mereka tidak sahur.

Dalam hal ini, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ فَصْلَ مَابَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلَ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّهْرِ
“Sesungguhnya pembeda antara puasa kita dan puasa ahli kitab (yahudi dan nasrani) terdapat pada makan sahur” (HR. Bukhori no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Ada udang dibalik batu. Ada keberkahan dibalik sahur.
Hal ini sebagaimana tersirat dalam hadist Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-,
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِيْ السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ)) متفق عليه
“Makan sahurlah, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan” (Muttafaqun ‘alaihi)
Al-hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- dalam kitabnya Fathul Baari : 4/166,  “Dan yang utama (dari tafsiran “Barokah” yang terdapat dalam hadits), sesungguhnya barokah dalam sahur dapat diperoleh dari beberapa aspek, yaitu : 
- Mengikuti sunnah nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-
- Menyelisihi ahli kitab (yahudi dan nasrani,-pen), 
- Menambah kemampuan untuk beribadah,
- Menambah semangat, 
- Mencegah akhlak buruk yang timbul karena pengaruh lapar, 
- Mendorong bersedekah terhadap orang yang meminta pada waktu sahur atau berkumpul bersama untuk sahur,
- Merupakan sebab untuk berdzikir pada waktu mustajab,
- Mendapatkan niat puasa, bagi orang yang lupa niat saat sebelum tidur”

KAPAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK SAHUR?
Sob, disunnahkan untuk mengakhirkan sahur, tidak pada awal malam ataupun dipertengahan malam. Tapi, diakhir sepertiga malam terakhir. Sebagai contoh, kalau kamu sahur diawal malam, maka kamu akan menahan puasa lebih lama. Dan sebaliknya, kalau kamu sahur diakhir waktu, maka kamu akan menahan puasa lebih pendek dan lebih ringan. Kenapa? because more energy we earn more spirit we could be. Lebih banyak energi yang kita dapat, maka kita akan lebih bersemangat untuk berpuasa. Hal ini senada dengan apa yang di jelaskan oleh Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala zaadil mustaqni’ dalam bab Ash-shiyam hal. 43. Dalam hal ini Allah –subhanahu wata’ala- berfirman,

وَكُلُوْاوَاشْرَبُوْا حَتىَّ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الفَجْرِ)) البقرة: ١٨٧
“serta makan dan minumlah hingga nyata bagimu (perbedaan antara) benang putih dari benang hitam di waktu fajar” (Al-baqarah: 187)

Untuk lebih detail, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-jazairi dalam kitabnya Minhaajul Muslim, hal. 242 mengenai waktu yang tepat untuk sahur : “sahur itu dimulai sejak pertengahan malam terakhir dan berakhir sebelum beberapa menit terbit fajar. Hal ini berdasarkan hadits Anas –radhiallahu ‘anhu- dari zaid bin Tsabit –radhiallahu ‘anhu- berkata :

تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ. قُلْتُ : كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا؟ قَالَ خَمْسِيْنَ آيَةً
“Kami makan sahur bersama Rasulullah -shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, kemudian bangkit untuk mengerjakan shalat. Saya (Anas bin Malik yang meriwayatkan dari Zaid,-pent.) berkata, ‘Berapa lama jarak antara keduanya (sahur dan adzan)?’ (Zaid) menjawab, ‘(Sepanjang pembacaan) lima puluh ayat.’.”(H.R.An-nasaai: 4/143)”

Fajar yang dimaksud disini adalah fajar shodiq, yaitu terbitnya cahaya yang menyebar diufuk timur, semakin lama cahaya ini semakin terang sampai matahari terbit. Tidak seperti hal nya fajar kadzib, yaitu terangnya ufuk timur, yang beberapa menit kemudian diikuti kegelapan kembali.

SUNNAH DIWAKTU SAHUR
- Mengakhirkan sahur.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لاَيَزَالُ النَّاسَ فِيْ الخَيْرِ مَاعَجَّلُوْا الفِطْرِ وَأَخَّرُوْا السَّحُوْرِ
 “Ummatku akan selalu dalam kebaikan selsama mereka menyegerakan ifthor (buka puasa) dan mengakhirkan makan sahur” (HR. Bukhari, bab Ash-shaum: 1957)

- Makan sahur dengan kurma/tamar.
نِعْمَ السَّحُوْر المُؤْمِن التَّمْر -أخرجه أبوداود
 “Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah dengan kurma” (HR. Abu Dawud)

Tamar adalah jenis kurma kering, baik itu dibiarkan kering ditangkai ataupun dipetik kemudian dijemur. Tidak seperti balah yaitu kurma muda, atau ajwa yaitu kurma yang biasanya dibiarkan kering ditangkainya. Kalaupun tidak memiliki kurma karena kesulitan mendapatkannya, maka cukup dengan makanan yang yang biasa kita makan untuk sahur. Adapun jika tidak memiliki sesuatu untuk dimakan, maka cukup dengan seteguk air putih demi makan sahur. Karena pada sahur terdapat begitu banyak keberkahan.

AKHIR KATA
So, bagi sobat fata setelah mengetahui beberapa hal mengenai sahur, supaya selalu intensif dalam melaksanakan sahur. Karena banyak barokah yang terdapat didalamnya. Sahur, walau hanya seteguk air atau sesuap nasi. As long as the opportunity there is. Selama masih ada kesempatan, marilah kita menyemarakkan romadhan ini dengan tabungan amal sebanyak-banyaknya. Wallahu a’la wa a’lam wa a’azza wa ahkam.

------------------------------------


Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber:  Majalah elfata, edisi 7, vol. 13, tahun 2013
Continue reading About Sahur

Senin, 05 Januari 2015

,

Tuntunan Berkurban


Allah –subhanahu wata’ala- telah menetapkan kepada umat muslim dua hari raya dalam setahun, Idul Fitri dan Idul Adha. Dan di setiap kedua hari raya tersebut tuntunan yang telah ditetapkan untuk diamalkan. Sesaat lagi, kita akan menyambut Idul Adha yang juga dikenal dengan “Idul  Qurban” karena Allah menetapkan syariat penyembelihan qurban seusai pelaksanaan sholat Idul Adha.
Continue reading Tuntunan Berkurban
,

Tolonglah, Selama kamu masih mampu


Sikap saling membantu dan tolong-menolong merupakan fitrah dalam agama islam yang telah ditanamkan sejak lahir bagi setiap manusia. Tidak ada satu manusiapun didunia ini kecuali memiliki sifat dan sikap tolong-menolong dalam hal apapun, hanya saja berbeda antara sikap satu orang dengan yang lainnya. Karena manusia tidak akan bisa bertahan hidup dan mencapai keberhasilannya tanpa pertolongan dari orang lain. Semuanya saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Continue reading Tolonglah, Selama kamu masih mampu

Minggu, 04 Januari 2015

,

Bercanda Boleh, Tapi….


Setiap hari mungkin kita, terutama sobat muda tak pernah lepas dari yang namanya bercanda. Sering kita mendengarnya, mengucapkannya dan bahkan kita sendiri yang melakukannya. Namun pernahkah kita mengetahui apa itu bercanda yang dalam bahasa arab disebut dengan al-mizah. Bercanda adalah bersenda gurau dengan orang lain tanpa menghina dan mencelanya. (1)
Continue reading Bercanda Boleh, Tapi….
, , ,

Fal-Yandhur Ilaa Man Yukholil…?? (Lihatlah Kepada siapa engkau berteman)


Persahabatan dalam perspektif islam sah-sah saja. Bahkan sang Khairul Ummah, pembawa panji Islam kepada seluruh Ummat manusia ini, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- juga mencintai leyaknya manusia biasa, namun didasari dengan kecintaanya kepada Allah ta’ala. Dalam banyak sabdanya beliau memberikan kabar gembira bagi siapa yang saling mencintai karena Allah.
Continue reading Fal-Yandhur Ilaa Man Yukholil…?? (Lihatlah Kepada siapa engkau berteman)
, ,

Semangat pemuda muslim


Masa muda adalah salah-satu nikmat besar yang Allah –subhanahu wata’ala- karuniakan untuk setiap hamba -Nya. Pada saat melewati masa-masa itu, tentu saja terjadi berbagai perbedaan antara satu orang dan yang lainnya. 

Sebagian orang menghabisi masa mudanya untuk hal-hal yang lebih condong kedunia tanpa memikirkan akhirat. Berbagai trend modern diikutinya, tidak ketinggalan satu trend baru kecuali ia ikuti. Namun Sebaliknya, ada pula sebagian pemuda lebih memilih untuk mengejar targetnya masa depan, mempersiapkan diri sejak dini untuk menghadapi tantangan zaman yang lebih berat. Mereka pun belajar di sekolaah-sekolah, pesantren, duduk bersama para ulama untuk mempelajari ilmu, mereka haus akan ilmu. Maka, merekalah pemuda-pemuda yang beruntung dimasa mudanya.

Saudaraku…
Seandainya kita mau menelisik kehidupan generasi muda di zaman salafus shalih, akan kita dapatkan betapa semangat mereka mengebu-ngebu untuk mendapatkan walau hanya setetes ilmu. Masa muda mereka adalah masa muda yang berguna untuk agama, nusa dan bangsa. Mereka selalu mengisi hari-hari mereka dengan hal-hal yang bermanfaat. 

Perhatian islam terhadap para pemuda
Betapa pentingnya peran pemuda dalam melanjutkan estafet masa depan, maka telah banyak ayat beserta hadist-hadist yang membicarakan tentang pemuda, seperti firman Allah berikut ini, “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)

Ayat ini menceritakan tentang semangat pemuda-pemuda ash-habul kahfi dalam melaksanakan syariat-syariat agama Allah sampai pada akhirnya mereka mau dibunuh oleh raja yang berkuasa pada waktu itu, namun kemudian Allah menunjukmereka ke goa.

Kenapa pemuda?
Karena pemuda adalah pemimpin-pemimpin masa depan, bapak dari anak-anak masa depan serta baik dan buruknya masa depan bangsa dan agama ini ada ditangan pemuda.

Pemimpin yang sekarang berkuasa semakin hari umurnya pun semakin meningkat dan semangatnya untuk melanjutkan hidup pun semakin melemah, seperti yang digambarkan oleh Allah dalam fimannya,
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban..” (QS. Ar-Ruum: 54)

Prinsip Pemuda Muslim
Satu matlamat jelas yang diwariskan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk umatnya, sebuah hadist yang menuntun kita untuk menggunakan masa muda kita sebaik mungkin, Gunakanlah lima hal sebelum berlalu lima hal : Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa luangngmu sebelum masa sibukmu dan masa hidup mu sebelum matimu”  (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya, no. 7927, An-Nasaai dalam Al-Kubra, no. 11832)
Al-Imam Al-Munawi –rahimahullah- mengatakan, “ Barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) setelah kelima hal tersebut hilang.” (Lihat: At-Tafsir bi Syarhi Al-Jami’ Ash-shaghir, jilid 1, hal. 356)

Saudaraku... 
Semua karekter dan kriteia yang disebutkan didalam hadist diatas ada pada jiwa seorang pemuda. Seorang pemuda masih sehat dan kuat, masih kaya dan masih banyak waktu kosong bagi mereka. Maka beruntunglah bagi pemuda pemuda yang bisa menggunakan masa mudanya sebaik mungkin, mereka itulah yang disebutkan dalam hadist Rasulullah –shallallahu’alaihi wasallam-, “Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah pada hari tidak  dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungannya (disebutkan diantaranya):…. Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allah,..” (HR. Bukhari, no. 1432 dan Muslim, no. 1031)

Pemuda dan semangat menuntut ilmu
Ilmu lah yang akan membimbing kehidupan seseorang menjadi lebih baik, dengan ilmu Allah mengangkat derajat seorang budak melebihi derajat tuannya, seorang rakyat melebihi pemimpinnya, hanya karena ilmu. Sampai-sampai salah seorang ulama mengatakan.

Begitu pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang hamba. Maka sungguh mustahil bagi orang-orang yang beranggapan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.”, karena ilmu tidak akan didapatka dengan sifat dan hal-hal seperti itu. Maka, tidak heran jika al Imam asy Syafi’i rahimahullah sampai mengatakan,
“Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar
Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya
Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu di masa muda
Maka bertakbirlah empat kali, karena sungguh dirinya telah wafat”
(Diwan al Imam asy Syafi’) 

Masa muda modal masa tua
Beramal untuk masa tua adalah salah satu cara untuk tidak terperosok dalam jurang kegagalan masa depan, istilah “madsur”, masa  depan suram, yang sering terdengar ditelinga kita. Nuang jauh-jauh kata ini, jangan kekangkan jiwa mudamu untuk melaksanakan suatu hal positif hanya karena sebuah alasan kecil.

Sebelum masa itu berlalu
Setiap kita akan melalui  masa mudanya. Maka sebelum penyesalan menghampiri kita, lakukanlah dari sekarang. Penuhilah rasa hausmu akan ilmu dan beramallah sebelum terlambat. Alangkah indahnya untaian sya’ir imam Asy-Syafii -rahimahullah- dalam diwannya,

تَبْغِيْ النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ طَرِيْقَتَهَا * اِنِّ السَّفِيْنَةَ لَاتَجْرِيْ عَلَى اليَبَسِ
“Engkau menghendaki kesuksesan namun engkau tidak menempuh jalannya..
Sesungguhnya perahu tidak berjalan diatas padang pasir”

Ingatlah wahai saudaraku…
Setiap kita akan ditanya diakhirat kelak tentang masa mudanya untuk apa ia habiskan dengannya, sebagaimana Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dan beliau berkata “hadits hasan shahih”. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani dalam silsilah Ash-Shahihah, hadits no. 946)

Saudaraku...
Ingatlah akan sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-,

إِذَا مَاتَ اِبْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika manusia itu mati, maka amalannya akan terputus kecuali tiga perkara: Ilmu yang bermanfaat,   sedekah jariyah, dan anak shalih yang selalu mendoakanny.” (HR. Muslim no. 1631, dari Abu Hurairah)

Maka, kita berharap kepada Allah semoga diberikan umur yang barokah, masa muda yang cerah dan selalu dalam bimbingan Allah -subhanahu wata'ala- sampai bertemu dengannya dihari akhir kelak. Wallahu'alam bisshowab

-----------------------------------

Oleh: Hamdani Aboe Syuja'
Sumber: Buletin Nidaaul Irsyad, edisi , Muharram-1434 H
Continue reading Semangat pemuda muslim
, , ,

Waipadai Perubahan Zaman!!!


Kebenaran dalam Islam
Saudaraku yang semoga dimuliakan Allah…  Islam adalah agama yang sempurna. Semua telah dijelaskan dalam firman Allah Ta`ala maupun sabda Rasulillah Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam. Manakala kita menelaah Al-Qur’an dan Al-Hadits, niscaya kita akan mendapatkan pelita ilmu untuk mengetahui kebenaran. Tidak sedikitpun kebaikan atau keburukan yang terluput dari risalah Islam. Demikian halnya, perjalanan dan perkembangan umat manusia di akhir zaman pun telah disebutkan dalam ayat maupun hadits. Allah Ta`ala telah mewahyukannya kepada Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallam.
Continue reading Waipadai Perubahan Zaman!!!
,

Nikmatnya Mencari Ilmu


Saudaraku…, Islam menjelaskan kedudukan yang tinggi nan mulia tentang keutamaan ilmu. Banyak ayat, hadits, perkataan dan kisah teladan para ulama salaf yang menunjukkan hal ini, diantaranya adalah firman Allah Ta'ala : “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS.Al-Mujadilah: 11)
Al-Imam Ath-Thabari berkata, “Allah mengangkat derajat orang beriman yang berilmu di hadapan orang beriman yang tidak berilmu karena keutamaan ilmu mereka (jika mereka mengamalkan ilmu tersebut. Pent) (1)
Continue reading Nikmatnya Mencari Ilmu

Sabtu, 03 Januari 2015

,

Mana Sahabatmu?


Banyak orang yang mendambakan sahabat sejati.  Sahabat yang ingin selalu bersamanya, saling mengingatkan saat terlupa, saling merasakan saat sedih maupun senang, saling membangkitkan  saat terjatuh dari sebuah persoalan, membangunkan saat tertidur, jalan kemana-mana bersama, sampe tidur pun kadang bersama. (^-^)

Nah, Inilah yang mereka anggap sebagai karakteristik teman sejati, selalu ada bersama dalam keadaan apapun. Sebenarnya ada satu hal yang luput dari karakteristik teman sejati dalam pandangan sobat muda saat ini.

Al-muttaqin…. Yup, Inilah karakteristik teman sejati yang sebenarnya, yang selalu mencintai atas landasan takwa. Cinta yang seperti inilah yang akan kekal sampe hari akhir kelak.  Adapun selain itu, persahabatannya akan fana, jika tidak di dunia, maka akan menjadi saling bermusuhan di akhirat kelak.

Persahabatan yang tidak di dasarkan dengan konsep muttaqin (bertakwa), sudah barang tentu persahabatan mereka karena keinginan terhadap sesuatu yang di miliki oleh sahabatnya. Bisa jadi karena ia kaya, karena ia pintar, karena ia cakep, ato hal-hal lain yang membuat oran-orang tertarik untuk berteman dengannya.

Ok, sobat pasti ingat sebuah ayat tentang persahabatan berikut ini,

الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَِ
 “Orang2 yang saling mencintai (berteman dekat) pada hari Kiamat sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yg lain kecuali orang-orang yg bertakwa.” (QS. az-Zukhruf: 67)

Dan itulah saat yang paling menyakitkan, saat dimana semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan yang telanjang bulat, belum dikhitan, tidak memakai alas kaki, matahari didekatkan diatas kepala hanya berjarak sejengkal tangan, bahkan sebagian orang bermandikan keringat karena dosanya, disaat itu pula teman kita di dunia yang tidak didasari ketakwaan mencaci maki kita, menjadi musuh utama kita. Maka apa boleh buat? Masa persahabatan didunia mereka selalu bersama, tapi tidak pernah mengingatkan akan waktu shalat, akan kasih sayang, akhlak mulia, dan sebagainya dari amalan-amalan kebaikan. Mereka hanya mementingkan kebagiaan yang didasari dengan hawa nafsu.

Adapun orang-orang yang mencintai karena Allah, mereka akan dipanggil oleh Allah kelak dengan panggilan yang sangat mereka sukai, berikut kita simak sebuah sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-,

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman:

أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Manakah orang-orang yang bercinta? Dengan keagunganKu, Aku akan memberikan naungan kepada mereka dalam naunganKu pada hari yang tiada naungan, kecuali naunganKu”  (HR Muslim, no. 6.494)
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mencintai atas dasar takwa dengan perlindungan-Nya di hari tidak ada naungan kecuali naungannya. 

Sejatinya orang mukmin bersaudara
So, siapakah temanmu?..
Pada dasarnya seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah saudara, saudara yang digambarkan oleh Rasulullah bagaikan satu bangunan, satu tubuh dan satu rasa. Jika satu bagian yang sakit, maka akan sakit seluruh anggota yang lain. inilah persahabatan sejati.

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. (Muttafaq 'Alaihi)

Dan dalam sabdanya yang lain, “Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhâri dan Muslim)

Selektif dalam memilih sahabat
Sobat, kalo sudah begini jadinya, maka sudah barang tentu kita sebagai yang seorang sobat muslim dituntut untuk cerdas dalam memilah dan memilih sahabat.

Sob, mungkin kamu bertanya, kenapa kita harus selektif dalam memilih sahabat? Jawabannya karena teman adalah cerminan kita dalam pandangan seseorang. Tolok ukur kita saat orang-orang ingin mengetahui siapa kita sebenarnya. Maka perlu beberapa hal yang harus kita ketahui dalam memilih teman. Berikut beberapa point dalam memilih sahabat, disarikan dari kitab Minhaajul Muslim, hal. 94, karya Syaikh Abu Bakar Al-Jazaairi. Semoga bisa membantu sobat dalam memilih karakteristik sahabat yang baik,

1. Berakal
Sudah pasti kita semua menginginkan sahabat yang berakal dan bisa saling berbagi dalam segala hal, bertukar pikiran dalam berbagai persoalan, dll. Nah, bagaimana jadinya jika sahabat kita adalah seorang yang “gila”?. Nggak akan nyambung. Iya nggak? 
Maka, memilih sahabat yang berakal lebih diutamakan dan di nomor satukan. Ok!

2. Berakhlak mulia
Karena sahabat adalah cerminan kita, maka akhlak sangatlah berpengaruh dalam perubahan hidup kita. Jika sahabat kita berakhlak buruk, maka efek samping tersebut sedikit banyak akan kena juga kepada kita. Maka sungguh sabda Rasulullah dalam hal ini sesuai dengan 

المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

3. Bertakwa.
Jika kita mengkatagorikan takwa, maka sudah barang tentu sahabat tersebut seorang yang beragama islam. Dan islam pun tidak menganjurkan pemeluknya untuk bersahabat dengan non-muslim, adapun sekedar bermuamalah dengan mereka maka tidak mengapa. Point ini sudah kita singgung di awal pembahasan.

4. Berpegang teguh dengan al-Quran dan Sunnah
Nah, berteman dengan orang yang ahli bid’ah dan fasiq juga sangat tidak di bolehkan dalam agama, terlebih jika dia orang yang fasiq dan kafir, maka larangan dalam hal ini sudah sangat jelas.

Sobat muda, memilih sahabat termasuk salah satu anjuran islam. Tidak ada hal yang samar dalam masalah ini. Telah banyak nash-nash yang menjelaskan tentang karakteristik sahabat sejati.

Perlu anda ingat, sahabat sejati yang berlandaskan lillah (karena Allah), ia akan kekal sampai hari akhir kelak. Allah akan melindungi persahabatan sejati ini dibawah lindungan-Nya, dimana tidak ada lindungan pada hari itu kecuali lindungan-Nya. 

Semoga kita termasuk dari golongan tersebut. Sebelum kakak menutup tulisan ini, kakak ingin menutup dengan sebuah hadist yang semoga kita menjadi tenang dengannya,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ وَمِنْهُمْ: ...رَجُلاَنِ تَحَاباَّ فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وتَفَرَّقَا عَلَيْهِ...
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,” (di antara mereka) adalah: “... Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah dan berkumpul maupun berpisah juga karena-Nya....” (HR. Al-Bukhari (no. 660, 1423) dan Muslim (no. 1031) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.)


Cikarang, 26-November-2014
Saudaramu...
Hamdani Aboe Syuja’

Sumber: Majalah elfata, edisi 12, vol. 14/2014
Continue reading Mana Sahabatmu?
,

JERAT-JERAT LISAN


Banyak orang yang melakukan ibadah shalat, puasa, shadaqah dan amalan-amalann lahiriyah lainnya. Namun sedikit diantara mereka yang memperhatikan dengan lisannya, apa dan untuk apa ia ucapkan?. Terkadang orang tanpa disadari dengan ucapannya bisa menjeratnya kedalam lubang api neraka,  dengan lisannya pula bisa mengantarkan pelakunya kedalam syurga Allah -subhanahu wata'ala-. 

Lisan yang tak bertulang, tapi memiliki kekuatan yang sangat spiritual dalam merubah sesuatu. Dari lisan keluar segala bentuk kebaikan dan kejelekan. Maka sungguh jerat-jerat lisan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- dalam hadits merupakan perkara besar yang akan menimpa umat ini.

Maka tak heran jika Rasulullah mengatakan dalam hadist bahwa muslim yang paling baik adalah yang paling bisa menjaga tangannya dan lisannya . Juga dalam hadistnya yang lain Rasulullah -shallallallahu 'alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ يَضْمَن لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.” (HR Bukhari no. 6474)

Sobat, inilah bukti bahwa lisan adalah suatu benda yang sangat sakral. Apapun yang keluar dari lisanmu merupakan sebuah keputusan yang sudah kamu buat. Maka pikirkan sebelum anda berucap. Karena  semuanya akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak, semua yang keluar dari lisan anda dicatat oleh dua malaikat pencatat,
{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} -ق: 18-
Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

JERAT-JERAT LISAN
Yup, Penyakit dan musibah yang selalu menimpa umat manusia, semua bermula dari lisan yang tak bertulang ini. Berikut beberapa jerat-jerat lisan yang telah dijelaskan dalam hadist Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. 
1. Al-Kadzib = Berbohong
Berbohong merupakan penyakit umat yang sangat sering dilakukan oleh orang yang tidak bisa menjaga lisannya. Bohong merupakan pintu masuk untuk kejahatan dan kerusakan yag lain. Tak ada seorang pun yang berbohong kecuali ia akan melakukan kebohongan yang lain dan terus-menerus demikian. 

Efek dari berbohong pun sangat berbahaya bagi dirinya dan masyarakat, pelaku kebohongan akan sangat dibenci dalam kehidupan bermasyarakat sosial. Ia pula yang akan menyebarkan permusuhan diantara masyarakat dengan kebohongannya. Seorang yang berbohong dapat mengantarkannya kedalam api neraka,   inilah hal yang sangat berbahaya. Seperti yang telah disinyalir dalam hadits Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-,

إيَّاكُم والكذبَ فإنَّ الكَذبَ يَهْدِيْ إلى الفُجُورِ وإنَّ الفجورَ يهدِي إلى النَّارِ وَلاَ يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الكَذِبَ حَتىَّ يُكتَبُ عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً
“Jauhilah perbuatan dusta. Sesungguhnya dusta menghantarkan pada dosa, dan dosa menghantarkan pada neraka. Dan seorang senantiasa berdusta, dan terbiasa berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
2. Al-Ghibah = Mengungji
Dalam bahasa syariat ghibah dijelaskan dengan  (ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهْ) Artinya “Engkau menyebut-nyebut saudaramu sesama muslim dengan hal-hal yang tidak dia sukai”. Hal ini jika apa yang dikatakan itu ada pada saudaranya, namun jika yang dikatakan tidak ada pada saudaranya tersebut berarti ia telah berbohong .  Hukum dari ghibah adalah haram. Allah -subhanahu wata'ala- berfirman dalam Al-Quran,

 وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ" -سورة الحجرات الآية 12
“Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.” (Al Hujurat: 12)

Al Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: “Sungguh telah disebutkan (dalam beberapa hadits) tentang ghibah dalam konteks celaan yang menghinakan. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan orang yang berbuat ghibah seperti orang yang memakan bangkai saudaranya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala … (pada ayat di atas). Tentunya itu perkara yang kalian benci dalam tabi’at, demikian pula hal itu dibenci dalam syari’at. Sesungguhnya ancamannya lebih dahsyat dari permisalan itu, karena ayat ini sebagai peringatan agar menjauh/lari (dari perbuatan yang kotor ini -pent).”
3. An-Namimah = Adu domba
An-namimah juga diistilahkan dengan (نَقْلُ الأَخْبَارِ بَيْنَ النَّاسِ مِنْ أَجْلِ الإِفْسَادِ فِيْمَا بَيْنَهُمْ) , artinya “Menyebarkan berita diantara masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menyebarkan kerusakan dan permusuhan diantara manusia”. 

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pernah melewati sebuah kuburan yang sedang disiksa penghuninya. Beliau mengatakan bahwa orang tersebut disiksa bukan karena suatu hal yang besar, namun hanya karena tidak bersuci setelah kencing dan perbuatan adu domba yang ia lakukan. Beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- juga bersabda,

"لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّام" متفق عليه.
“Tidak masuk surga orang yang melakukan adu-domba” (Muttafaqun 'alaihi)

Akhi fillah...
Semua hal diatas merupakan perkara yang haram dilakukan oleh seorang hamba, baik sedikit maupun banyak. Adapun semua pelakunya akan terhalangi dari masuk kedalam syurga Allah -subhanahu wata'ala-. Maka waspadalah!. 

Ingatlah sobat, bahwa setiap pagi anggota tubuh kita saling berkata kepada lisan untuk tetap menjaganya sampai tidak terjerumus dalam kedustaan, adu domba dan mengungjing. Karena disebabkan lisan anggota tubuh yang lainnya akan rusak. Lihat sabda Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- yang diriwatkan melalui jalur sahabat Abu Said Al-Khudri -radhiallahu 'anhu-,
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ، تَقُوْلُ‏:‏ اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا، فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ‏:‏ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اِسْتَقَمْنَا وَإِنْ اِعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا”‏.‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي‏)‏‏)‏‏.‏
"Apabila seorang anak adam tiba diwaktu pagi, maka seluruh bagian anggota tubuhnya akan menghujat lisan. Mereka berkata: bertakwalah kamu kepada Allah terhadap apa yang akan menimpa kami. Karena jika kamu lurus (benar) maka kamipun akan lurus, namun jika kamu bengkok (salah) maka kamipun akan bengkok" (HR. Tirmidzi)

Sobat muda, berpikir dan timbanglah sebelum anda berkata dan berbuat. Tak ada yang berkutik didunia ini kecuali tercatat dalam kitab catata amalan seorang hamba. Jangan menganggap sebuah dosa dengan suatu hal yang kecil, karena semua yang kecil berpotensi menjadi besar dan jerat-jerat lisan merupakan dosa besar jika engkau melakukannya.

Apalah gunanya shalat anda jika anda masih suka berbohong? Apalah artinya sedekah anda jika anda masih suka mengungjing orang lain? Apalah artinya puasa anda jika anda masih suka mengadu domba?. Tinggalkanlah semua yang dilarang oleh Allah dan kerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah. Sekecil apapun amalan kita akan dihisab dihari pembalasan kelak. Didunia lisan bisa bersilat, namun dihadapan Allah lisan tidak dapat berkutik sedikitpun. Kelak yang akan berbicara adalah tangan kita dan yang akan memberikan saksi adalah kaki kita. Wallahu a'lam bisshawab

Saudaramu..
Hamdani Aboe Syuja'

Sumber: Majalah elfata, edisi 06, vol 14/2014
Continue reading JERAT-JERAT LISAN